Selasa, 01 April 2014

SIFAT DAN FUNGSI KRITIK SASTRA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dewasa ini dunia sastra membutuhkan perhatian yang sangat besar terhadap perkembangan sastra. Karya sastra yang bermunculan di permukaan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu ataupun bentuk seni, akan tetapi sastra juga menjadi salah satu unsur kebudayaan dalam sebuah peradaban. Sastra dan budaya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk menyelami lebih jauh berapa besar fungsi sastra dalam realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya, terlebih dahulu kita membenahi hakikat sastra. Dua hal yang harus diperhatikan oleh beberapa orang yang bergelut di dunia sasra termasuk di antaranya kritikus sastra, sastrawan dan penikmat sastra adalah pertama; seberapa besar sastra diminati oleh realita. Kedua; sebarapa tingginya nilai sastra itu sendiri yang berupa makna, amanat dan fleksibilitas dari karya tersebut. Kritik sastra yang berfungsi sebagai agen control sastra dan karya sastra dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk lebih meningkatkan kredibilitas terhadap sastra. Hubungan yang erat antara kritik sastra dan cabang studi sastra lainnya, yaitu teori sastra dan sejarah sastra. Meskipun pengertian kritik sastra memiliki perbedaan satu sama lain, akan tetapi batasan pengertian kritik sastra akan membawa kita ke dalam fungsi kritik sastra itu sendiri. Sekelumit fungsi kritik sastra yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kritik sastra akan berfungsi setelah melewati tiga tahapan, yaitu di antaranya interpretasi (penafsiran), analisis (penguraian), dan evaluasi (penilaian).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja sifat-sifat kritik sastra?
2.      Apa saja fungsi kritik sastra?
C.     Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam makalah ini adalah untuk berupaya menjelaskan tentang sifat serta fungsi kritik sastra dalam mempelajari studi kritik sastra. Selain itu penulis ingin memberikan dorongan sekecil apapun agar kritik sastra dapat mendorong perkembangan karya sastra dengan bebarapa penjabaran tentang fungsi kritik sastra yang akan dijelaskan dalam makalah ini. Sehingga kritik sastra dapat memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang timbul dari pembaca setelah menikmati suatu karya sastra.
Karya sastra tidak akan dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh dua unsur lainnya yang telah disebutkan oleh penulis sebelumnya, yaitu sejarah sastra dan yang paling utama dalam perkembangan karya sastra adalah kritik sastra. Karena semakin banyak kritikan terhadap sebuah karya, maka akan ditentukan secara kuantitatif nilai karya sastra tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sifat Kritik Sastra
            Kritik sastra merupakan aktivitas keilmuan atau studi ilmiah tentang karya sastra. Kritik sastra memiliki sifat ilmiah karena terikat pada teori, metode dan objek studi. Sebagai studi ilmiah maka kritik sastra terikat pada kaidah ilmu pada umumnya, yaitu memiliki teori, metode, dan objek studi. Mudah dipahami bahwa teori kritik sastra adalah teori sastra terpilih yang diterapkan terhadap karya sastra sebagai objek studi dan telaahnya, sedangkan metode kritik sastra adalah aplikasi operasional suatu teori terpilih untuk karya sastra tertentu dengan target atau tujuan menghasilkan pemahaman, penafsiran, penjelasan argumentatif tentang makna karya sastra yang dikritik. Dengan kata lain, metode kritik sastra adalah sistematika operasional suatu teori kritik sastra untuk menghasilkan suatu pendapat atau simpulan. Adapun isi kritik sastra adalah penerangan atau penjelasan argumentative tentang penikmatan, pemahaman, atau penafsiran pembaca (kritikus) terhadap karya sastra tertentu.
            Perlu ditegaskan bahwa istilah “ilmiah” itu tidak harus berkonotasi ruang kuliah, ujian, dan tesis kesarjanaan, tetapi mengisyaratkan pemikiran kritis analitis, argumentative dan sistematik dipihak pembaca pada umumnya. Tentu saja harus dicatat bahwa pembaca sastra itu beragam latar belakangnya karena usia, pendidikan, pengalaman, tradisi, kepercayaan, profesi, dan miat. Dengan demikian, sikap ilmiah itu tidak dapat diberlakukan secara merata terhadap pembaca pada umumnya, tetapi terbatas pada pembaca kritis atau pembaca ahli. Dipihak lain pengarang pun beragam latar belakangnya karena usia, pendidikan, pengalaman, tradisi, bahasa, budaya dan lain-lain, sehingga wajarlah apabila karya sastra yang merupakan hasil ciptaan merekapun beragam warnanya (tema, gaya, struktur, bahkan mutu atau kualitasnya). Namun, keragaman pengarang, karya sastra, dan pembaca itu bukan halangan bagi kritik sastra dalam melaksanakan tugasnya dengan tujuan memperoleh karya sastra yang bermutu tinggi.
B.     Fungsi Kritik Sastra
Jika kita lihat pengertiannya, kritik sastra berarti menentukan baik atau buruknya sebuah karya sastra, setelah dilakukan pengamatan dan perbandingan. Tugas seorang kritikus juga menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan sebuah karya sastra itu baik atau buruk. Kehadiran sebuah karya sastra akan mengait beberapa pihak. Pencipta, yang menghadirkan karya sastra, penikmat (pembaca) yang langsung menggunakan karya sastra itu dan penelaah karya sastra (kritikus) yang berusaha mengembangkan ilmu sastra. Sebuah karya sastra yang telah diciptakan pengarang belum tentu langsung dapat dinikmati pembacanya. Sebabnya bermacam-macam, antara lain: pembaca kurang siap membaca karya sastra, kurang pengetahuan dan kurang peka akan estetika dan karya sastra yang dibaca tidak memenuhi syarat sebagai karya sastra yang baik, bahasa pengarang (bahasa sastra) kadang menghambat pemahaman pembaca. Dalam keadaan seperti ini ada jurang pemisah antara pencipta dan penikmat. Kritik sastra memegang peranan penting, seorang kritikus bertindak sebagai guru/juru  penerang, agar pembaca memahami maksud pengarang, dengan jalan menunjukan kekurangan dan kelebihan sebuah karya sastra tersebut.
Tugas utama kritik sastra adalah menentukan penilaian, dan menentukan karya sastra yang bernilai dan yang tidak bernilai. Peran ini menunjuk fungsi kritik sastra yakni sebagai pemberi bahan-bahan berharga bagi penyusunan sejarah sastra dan teori sastra. Fungsi kritik sastra sebagai alat penilai, mempunyai akibat-akibat lebih jauh bagi perkembangan hidup seni sastra. Kritik sastra juga merupakan petunjuk bagi pengarang muda yang ingin mengembangkan bakatnya. Ia dapat memperoleh pedoman, dapat mengerti dan belajar dari karya-karya yang bermutu atau karya-karya yang tidak bermutu. Dari karya yang bermutu, ia dapat melihat kelebihan-kelebihan dan dari yang kurang bermutu dapat dilihat kekurangan-kekurangan karya sastra.
Tentang fungsi kritik sastra dapat diketahui melalui pemahaman tentang hakekat perbuatan penciptaan kritik sastra serta manfaatnya bagi pembaca dalam membantu memahami suatu karya sastra. Kritik sastra berfungsi sebagai sarana penghubung antara karya sastra dengan masyarakat penikmat karya sastra. Tak terlepas dari kepentingan kritik sastra sendiri, yaitu untuk penerangan bagi masyarakat selain untuk mendukung perkembangan kesusastraan sendiri.
Kritik sastra menurut Semi (dalam suwignyo, 2009:18), menunjukan ada 3 peranan atau fungsi kritik sastra sebagaimana disebutkan berikut ini :
1.      Membina dan mengembangkan sastra
          Fungsi utama kritik sastra adalah memelihara dan menyelamatkan serta mengembangkan pengalaman manusiawi yang berwujud sebagai karya seni yang bernama karya sastra. Kemudian, menjadikannya sebagai suatu proses perkembangan struktur yang bermakna. Fungsi ini jauh lebih penting dan berfaedah dari pada membuat kategori-kategori yang biasa dilakukan orang atau sastra, meskipun kategori-kategori itu juga berfaedah. Melalui kritik sastra kritikus berusaha menunjukan struktur sebuah karya sastra, memberikan penilaian, menunjukan kekuatan dan kelemahannya serta memberikan alternatif untuk pengembangan karya sastra tersebut.
2.      Membina Kebudayaan dan Apresiasi Seni
            Kritik sastra berfungsi pula tradisi kebudayaan, membentuk suatu tempat berpijak cita rasa yang benar, melatih kesadaran, dan secara sadar pula mengarahkan pembaca kepada pembinaan pengertian tentang makna dan nilai kehidupan. Para kritikus melaui kaya kritiknya berupaya menunjukan kepada pembaca bahwa para sastrawan melalui karyanya berusaha membuat pembaharuan, karya seni selalu berada dalam ketegangan antara yang lama dan yang baru antara, konvensi dan inovasi. Disamping itu para kritikus juga menunjukan daerah-daerah gelap yang terdapat dalam suatu karya sastra, sehingga pembaca dapat menikmati karya sastra secara lebih baik dan lebih bermakna, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan apresiasi mereka ketingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal itu dimungkinkan karena kritikus menganalisa struktur sastra, member komentar dan interpetasi, menerangkan unsur-unsurnya, menunjukan hal-hal yang tersirat dari semua yang tersurat.
3.      Menunjang Ilmu sastra
            Kritik sastra berguna pula untuk pembinaan dan pengembangan ilmu sastra (teori sastra). Kritik sastra merupakan wadah analisis suatu karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, teknik penceritaan dan sebagainya. Dengan demikian ia memberi sumbangan besar kepada para ahli sastra dalam mengembangkan teori sastra. Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa para ahli teori sastra memberi sumbangan pula kepada kritikus sastra. Melalui kritik sastra para kritikus juga membuka daerah baru yang belum dijelajahi oleh pengarang. Dengan demikian secara nyata kritik sastra memberi sumbangan pula dalam peningkatan mutu karyawan sastra.
                 Selain itu kritik sastra juga memberikan sumbangan kepada sejarah sastra. Tidak semua karya sastra dapat digolongkan ke dalam rangkaian perkembangan sastra, bila tidak menunjukan nilai sastra. Nilai ini diberikan oleh kritik sastra. Tidak semua kritik sastra dapat menjalankan fungsinya. Kritik sastra berfungsi apabila:
1.      Berupaya membangun dan menaikkan tingkat kehidupan sastra;
2.      Dijalankan secara objektif tanpa prasangka, dalam arti dengan jujur mengatakan yang mana yang baik dan yang buruk;
3.      Mampu memperbaiki cara berfikir, cara hidup, dan cara berkarya seorang sastrawan;
4.      Dapat menyesuaikan diri dengan lingkup kebudayaan dan aturan nilai yang berlaku serta memiliki rasa cinta dan tanggung jawab terhadap pembinaan kebudayaan dan aturan nilai yang benar;
5.      Dapat memberikan rangsangan kepada pembaca agar berpikir kritis dan dapat meningkatkan kemampuan penilaian dan penghargaan masyarakat terhadap karya sastra.
Sebagai pembanding, fungsi kritik sastra dalam fersi yang lain sebagai berikut :
1.    Memberikan penilaian atas karya sastra tertentu berdasarkan teori dan sejarah sastra.
2.    Memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan bagi penyusunan atau pengembangan teori sastra.
3.    Memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan bagi penyusun sejarah sastra.
4.    Memberikan petunjuk kepada kebanyakan pembaca tentang karya sastra yang baik dan tidak baik, yang asli dan tidak asli.
5.    Memberikan sumbangan pendapat atau pertimbangan kepada pengarang tentang karyanya sehingga pengarang yang memanfaatkan kritik sastra akan dapat mengembangkan atau meningkatkan mutu hasil karyanya (Yudiono K. S., 1986:27)

     Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa kritik sastra berfungsi memberikan penilaian atas baik buruknya sebuah karya sastra. Penilaian ini dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, tidak hanya berdasarkan ketentuan yang diberikan oleh seorang kritikus.
                 Kritik sastra yang berfungsi mendidik pembaca untuk menghargai karya sastra yang memiliki nilai yang berkualitas. Kebanyakan pembaca telah memiliki jiwa kritis setelah menikmati sebuah karya sastra, akan tetapi beberapa hal yang menjadi kendala dalam menuliskan kritikan tersebut diantaranya; perlu memiliki konsep atau teori sastra. Meskipun konsep ini dapat dipelajari, namun banyak orang yang senang melakukan kritik sastra secara terbuka (lisan). Perlu memiliki kemampuan menulis, tersedianya media massa atau penerbitan, dan perlunya berkembang tradisi dalam mengkritik sastra.
                 Konsep tentang satra berhubungan dengan penilaian karya sastra berupa nilai baik atau buruk dan indah atau tidak indah. Kemampuan menulis mewujudkan kritikan itu. Karena melalui tulisan itulah pembaca dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan proses kritik sastra. Media penerbit diperlukan baik secara sederhana maupun kompleks. Terbitan sederhana berupa stensil, sedangkan secara kompleks berupa surat kabar, majalah, buku, dan lain sebagainya yang memerlukan proses yang begitu rumit. Sedangkan mentradisikan kritik sastra merupakan kebiasaan masyarakat sastra dalam menaruh perhatian terhadap karya sastra sehingga masyarakat mengakui bahwa kritik sastra memiliki manfaat yang sangat besar.

    



















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
     Kritik sastra bersifat ilmiah karena terikat pada teori, metode dan objek tertentu dengan fungsi memberikan penilaian atas karya sastra berdasarkan teori dan sejarah sastra. Artinya, kritik sastra memerlukan teori ddan sejarah sastra, dan sebaliknya, kritik sastra memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan bagi penyusun atau pengembangan teori sastra dan sejarah sastra.
     Kritik sastra dapat memberikan petunjuk kepada kebanyakan pembaca tentang karya sastra yang unggul dan yang rendah, yang asli dan yang bukan serta memberikan sumbangan pendapat atau pertimbangan kepada pengarang tentang karyanya, sehingga pengarang yang memanfaatkan kritik sastra akan dapat mengembangkan atau meningkatkan mutu karyanya.
Apabila kita simpulkan secara sederhana, kritik sastra memiliki fungsi sebagai berikut:
1.       Mendudukan persoalan yang muncul dan menjawab pertanyaan yang timbul setelah menikmati karya sastra yang dilakukan dengan menafsirkan, menganalisis, dan mengevaluasi (memberikan penilaian) terhadap karya sastra berdasarkan teori dan sejarah sastra.
2.      Menjadi media konduksi antara karya sastra dengan masyarakat penikmat sastra berupa pemberian motivasi kepada penikmat sastra untuk secara tidak langsung menjadi seorang kritikus sastra.
3.      Menjadi guide pembaca dalam menikmati sebuah karya sastra yang baik dan karya sastra yang tidak baik, yang asli dan tidak asli.
4.      Menjadi pengarah atau pembimbing dengan memberikan pendapat atau pertimbangan bagi sastrawan muda atau pengarang pemula untuk meningkatkan kualitas karya sastranya.
5.      Mematangkan pemikiran ataupun ide bagi pengarang yang telah banyak berkarya dan banyak mendapat impuls dari kritik sastra.
6.      Menjadi media untuk membangkitkan emosi yang baik terhadap karya-karya pengarang tertentu.
7.       Memberikan sumbangan pendapat atau bahan-bahan bagi penyusunan atau pengembangan teori sastra dan sejarah sastra.
























DAFTAR PUSTAKA

Baribin, Raminah. 1989. Kritik dan Penilaian Sastra. Semarang: Ikip Semarang      Press
K.S Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: PT Gramedia      Widiasarana Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar