Selasa, 22 Juli 2014

ANALISIS PERUBAHAN MAKNA KATA AKIBAT PROSES AFIKSASI PADA BUKU BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK

ANALISIS PERUBAHAN MAKNA KATA AKIBAT PROSES AFIKSASI PADA BUKU BAHASA INDONESIA
EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK

Nurul Hidayati
                                                       112110118
PBSI VI C
                                                                                                                                   
Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Abstrak
Sebagai bahasa yang hidup, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu dapat dilakukan pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang kesempurnaan bahasa Indonesia. Pada bidang morfologi misalnya, pembinaan dan pengembangan biasanya diarahkan pada proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat dilakukan dengan cara afiksasi. Afiksasi merupakan proses atau hasil penambahan afiks, seperti prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau penggabungan antara prefiks dan sufiks. Khusus mengenai proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Penelitian ini mendeskripsikan perubahan makna kata akibar proses afiksasi pada buku teks bahasa Indonesia Eksprsi Diri dan Akademik. Dalam buku teks banyak dijumpai kata yang mengalami proses morfologis yaitu afiksasi sehingga banyak kata yang menglami perubahan makna.

1.    Pendahuluan
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara manusia dengan sesama anggota masyarakat. Bahasa sebagai alat komunukasi tidak diragukan lagi keampuhannya dibandingkan dengan media komunukasi lainnya. Betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memiliki peran yang sangat penting dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan.
Sebagai bahasa yang hidup, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu dapat dilakukan pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang kesempurnaan bahasa Indonesia. Misalnya morfologi, pembinaan dan pengembangan biasanya diarahkan pada proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain : proses pembubuhan afiks atau afik­sasi. Proses  pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan ketelitian karena jika salah, maka akan menjadi makna dan bentuknya tidak komunikatif.
Dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik banyak terdapat teks bacaan yang tentunya di dalamnya terdapat pembentukan kata melalui afiksasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk meganalisis perubahan makna kara akibat proses afiksasi pada Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Analisis ini diharapkan memeberikan kontribusi bagi analisis morfologi pada umumnya dan bagi analisis afiksasi pada khusunya.
Berkenaan dengan itu, masalah yang dikaji adalah bagaimana bentuk perubahan makna kata akibat proses afiksasi pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik.

2.    Landasan Teori
A.    Pengertian Makna Kata
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik
B.  Pengertian Afiksasi
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting.
Menurut Chaer (1994:177) “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan dapat ditambahkan pada awal kata”. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987:50) afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar.
Dapat disimpulkan, afiksasi merupakan proses atau hasil penambahan afiks, seperti prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau penggabungan antara prefiks dan sufiks. Afiksasi dalam bahasa Indonesia terbentuk mengikuti pola yang rapi. Bentukan-bentukan itu menujukkan pertalian antara yang satu dengan yang lain secara teratur.

C.  Macam Proses/Bentuk Afiksasi
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.
Sebenarnya ada beberapa pengelompokkan proses afiksasi. Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta produktifnya. Namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan proses afiksasi yang ditinjau dari letaknya, yaitu prefiks (awalan), infiks (imbuhan), sufiks (akhiran), dan konfiks (awalan dan akhiran).
1.      Prefiks
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
pe-    +   malas  =   pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah
orang yang malas
2.      Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-em-    +   getar   =  gemetar
3.       Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-nya     +  buku   =   bukunya, nosi dari imbuhan   -nya pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.
4.      Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber-kan   +   senjata   =  bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
meng-kan  +    kerja  =  mengerjakan, nosi dari imbuhan meng-kan pada kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.



3.    Perubahan Makna Kata Akibat Proses Afiksasi pada Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik

Analisis ini berfokus pada teks ankedot “Anekdot Hukum Peradilan” pada halaman 114-116 dan teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan Langka” pada halaman 172-173. Berikut adalah hasil dari analisis:
a.      Prefiks (Awalan)
Dalam teks terdapat proses afiksasi prefiks atau penambahan imbuhan, diantaranya:
1)      men-  +  jual  " menjual (Jual)
Awalam men- pada kata menjual memiliki makna melakukan kegiatan
2)      pen-  + jual  " penjual (Jual)
Awalan pen- pada kata penjual memiliki makna orang yang menjual
3)      pe- + bantu  " pembantu (Bantu)
Awalan pe- pada kata pembantu memiliki makna orang yang suka bantu-bantu atau orang yang membantu
4)      ber- + Tanya " bertanya (Tanya)
Awalan ber- apada kata bertanya bermakan melakukan suatu hal
5)      men- + dukung " mendukung (Dukung)
Awalan men- pada kata mendukung bermaknakan melakukan suatu hal
6)      ber- + jalan " berjalan (Jalan)
Awalan ber- pada kata berjalan meniliki makna melakukan kegiatan yaitu jalan
7)      me- + lapor  " melapor (Lapor)
Awalan me- pada kata melapor bermakna memberitahukan sesuatu
8)      peN- + tunjuk " penunjuk (Tunjuk)
Kata di atas mendapat prefiks meN-, dan hufuf /t/ luluh sehingga berubah menyelamatkan. Prefiks meN-  memiliki makna alat atau benda yang memberi arah penunjuk.
9)      pe + buat " pembuat (Buat)
Awalan pe- pada kata pembuta bermakan orang yang melakukan
10)  ber + telur " bertelur (Telur)
Awalan ber- pada kata bertelur bermakna menghasilkan sesuatu.
b.      Infiks (imbuhan)
Dalam kedua teks bacaan yang dijadika objek penelitian, terdapat proses afiksasi  yaitu Infiks atau imbuhan di tengah, diantaranya :
1)      Tunjuk + -el "telunjuk (tunjuk)
Imbuhan –el pada kata telunjuk memiliki makna benda yang menunjuk atau benda yang mengarahkan sesuatu.
c.       Sufiks (Akhiran)
Dalam kedua teks bacaan yang dijadikan objek penelitian, terdapat proses afiksasi  yaitu sufiks atau imbuhan belakang kata, diantaranya :
1)      Pergi + lah " pergilah (pergi)
Akhiran –lah pada kata pergilah bermakana memerintahkan untuk pergi (mengusir).
2)      Dia + -lah  " dialah
 Akhiran –lah pada kata dialah bermakna menunjuk seseorang.
3)      Hukum  + -an  " hukuman (hukum)
Akhiran –an pada kata hukuman, bermakna tata cara menghukum seseorang.
4)      Pedati +  -nya " pedatinya (pedati)
Akhiran  -nya pada kata pedatinya, bermakna kepemilikan seseorang dari sebuah pedati.
5)      Minum +  -an " minuman (minum)
Akhiran –an pada kata minuman bermakna suatu benda yang dapat diminum.
6)      Dukung + -an " dukungan (dukung)
Kata di atas medapat sufiks –an yang bermakna suatu bentuk usaha.
7)      Dagang + -an " dagangan (dagang)
Kata di atas mendapar sufiks –an yang bermaknakan suatu barang yang diperjual belikan.


d.      Konfiks (Awal dan akhir)
Dalam kedua teks bacaan yang dijadikan objek penelitian, terdapat proses afiksasi  yaitu konfiks atau pemberian awalan dan akhiran pada sebuah kata, diantaranya :
1)      meN-  + salah + -an " menyalahkan (Salah)
Kata di atas mendapat konfiks meN-an, dan hufuf /s/ luluh sehingga berubah menyalahkan. Konfiks meN-an memiliki makna melakukan perbuatan yaitu membuat orang lain bersalah.
2)      meng-  + kerja + -an  " mengerjakan (Kerja)
Imbuhan awalan dan akhiran meng-an pada kata mengerjakan menikili mekana melakukan sutu hal atau melakukan perbuatan.
3)      ke-  + menteri + -an "kementrian (Menteri)
Imbuhan awalan dan akhiran ke-an pada kata kementrian memiliki makna suatu lembaga atau organisasi ataupun tempat.
4)      ke- +hilang + -an " kehilangan (Hilang)
Imbuhan awal dan akhiran ke-an pada kata kehilangan bermakna sesuatu yang tengah dialami.
5)      pe- + lestari + -an " pelestarian (Lestari)
Imbuhan awal dan akhiran pe-an pada kata pelestaian menjaskan makna melakukan sebuah usaha.
6)      pem- + buat + -an " pembuatan (Buat)
Awalan da akhiran pem-an apad kata pembuatan bermaknakan proses.
7)      meN- + Selamat + -an " menyelamatkan (Selamat)
Kata di atas mendapat konfiks meN-an, dan hufuf s luluh sehingga berubah menyelamatkan. Konfiks meN-an memiliki makna melakukan perbuatan
8)      me- + meN- +penjara + -an " memenjarakan
Kata di atas mendapat konfiks me-meN-an , adanya konfiks meN- menyebabkan huruf /p/ pada kata penjara luluh sehingga menjadi memenjarakan. Konfiks me-meN-an memiliki makna membuat jadi.
9)      me- + muncul + -an " memunculkan.
Kata di atas menadapat konfiks me-an , yang memiliki makna membuat jadi.
10)  me- + lindung + -i " melindungi
Kata melindungi mendapat konfiks me-i yang bermakna melakukan suatu hal.
11)  ke- + hutan + -an " kehutanan
Kata di atas mendapat konfiks ke-an yang bermaknakan lembaga atau tempat.

4.    Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap perubahan makna kata akibat proses afiksasi pada buku bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Dari teks ankedot “Anekdot Hukum Peradilan” pada halaman 114-116 dan teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan Langka” pada halaman 172-173, dapat disimpulkan yang pertama, proses afiksasi banyak terdapat dalam teks pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Kedua, dari keempat proses afiksasi yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks, semuanya terdapat dalam teks teks ankedot “Anekdot Hukum Peradilan” pada halaman 114-116 dan teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan Langka” pada halaman 172-173. Keempat, proses afiksasi, yaitu infiks sangat jarang ditemui dalam teks ankedot “Anekdot Hukum Peradilan” pada halaman 114-116 dan teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan Langka” pada halaman 172-173, namun proses afiksasi yaitu prefiks konfiks  cukup sering ditemui dalam teks.


DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif
Djoko Tarigan, dan Hendry Guntur Tarigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
(diunduh pada 18 Juni 2014, pukul 22.31)
Bagiya. 2012. Diktat Morfologi Bahasa Indonesia. Purworejo: Universita Muhamadiyah Purworejo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar