
EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK
Nurul Hidayati
112110118
PBSI VI C
Progam Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, FKIP
Universitas Muhammadiyah
Purworejo
Abstrak
Sebagai bahasa yang hidup, pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu dapat
dilakukan pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang
kesempurnaan bahasa Indonesia. Pada bidang morfologi misalnya, pembinaan dan
pengembangan biasanya diarahkan pada proses pembentukan kata. Proses
pembentukan kata tersebut dapat dilakukan dengan cara afiksasi. Afiksasi
merupakan proses atau hasil penambahan
afiks, seperti prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran,
dan konfiks atau penggabungan antara prefiks dan sufiks. Khusus mengenai proses pembentukan kata
melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat berpotensi
mengubah makna dan bentuk kata.
Penelitian ini mendeskripsikan perubahan makna kata akibar proses afiksasi pada
buku teks bahasa Indonesia Eksprsi Diri dan Akademik. Dalam buku teks banyak
dijumpai kata yang mengalami proses morfologis yaitu afiksasi sehingga banyak
kata yang menglami perubahan makna.
1. Pendahuluan
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara manusia dengan sesama
anggota masyarakat. Bahasa sebagai alat komunukasi tidak diragukan lagi
keampuhannya dibandingkan dengan media komunukasi lainnya. Betapa pun
canggihnya, tetap bahasa itu memiliki peran yang sangat penting dalam
komunikasi baik lisan maupun tulisan.
Sebagai bahasa yang hidup,
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu
dapat dilakukan pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang
kesempurnaan bahasa Indonesia. Misalnya morfologi,
pembinaan dan pengembangan biasanya diarahkan pada proses pembentukan kata.
Proses pembentukan kata tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
proses pembubuhan afiks atau afiksasi. Proses pembubuhan afiks atau afiksasi
sangat penting dan memerlukan ketelitian karena jika salah, maka akan menjadi
makna dan bentuknya tidak komunikatif.
Dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik banyak terdapat
teks bacaan yang tentunya di dalamnya terdapat pembentukan kata melalui
afiksasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk meganalisis
perubahan makna kara akibat proses afiksasi pada Buku Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik. Analisis ini diharapkan memeberikan kontribusi bagi analisis
morfologi pada umumnya dan bagi analisis afiksasi pada khusunya.
Berkenaan dengan itu, masalah yang dikaji adalah bagaimana bentuk
perubahan makna kata akibat proses afiksasi pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik.
2. Landasan Teori
A. Pengertian Makna Kata
Makna adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita
tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda
(2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang
membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah
hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure (
dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian
atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik
B. Pengertian Afiksasi
Afiksasi
sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi
atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan
afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata
berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting.
Menurut Chaer (1994:177) “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada
sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi adalah proses penambahan afiks pada
sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan dapat ditambahkan pada awal kata”.
Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987:50) afiksasi ialah proses pembubuhan afiks
pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk
membentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian yang afiksasi yang dikemukakan
di atas maka dapat disimpulkan afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di
dalam kata dasar dan penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan
pada kata dasar.
Dapat disimpulkan, afiksasi merupakan proses atau hasil penambahan afiks, seperti
prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau
penggabungan antara prefiks dan sufiks. Afiksasi dalam bahasa Indonesia
terbentuk mengikuti pola yang rapi. Bentukan-bentukan itu menujukkan pertalian
antara yang satu dengan yang lain secara teratur.
C. Macam Proses/Bentuk Afiksasi
Afiksasi sering pula
disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau proses
pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada
bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan.
Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu
prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau
imbuhan gabungan.
Sebenarnya ada beberapa pengelompokkan proses afiksasi.
Afiks dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut
Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya,
asalnya, serta produktifnya. Namun dalam penelitian ini hanya akan
menggunakan proses afiksasi yang ditinjau dari letaknya, yaitu prefiks
(awalan), infiks (imbuhan), sufiks (akhiran), dan konfiks (awalan dan akhiran).
1. Prefiks
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di
bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
pe- + malas = pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah orang yang malas
pe- + malas = pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah orang yang malas
2. Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-em- + getar = gemetar
-em- + getar = gemetar
3. Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di
bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-nya + buku = bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.
-nya + buku = bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.
4.
Konfiks
Konfiks ialah
gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir
dasar.
Contoh:
ber-kan + senjata = bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
ber-kan + senjata = bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
meng-kan
+ kerja = mengerjakan, nosi dari imbuhan
meng-kan pada kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.
3. Perubahan Makna Kata Akibat Proses Afiksasi
pada Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
Analisis ini
berfokus pada teks ankedot “Anekdot Hukum Peradilan” pada halaman 114-116 dan
teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan Langka” pada halaman 172-173. Berikut
adalah hasil dari analisis:
a. Prefiks (Awalan)
Dalam teks terdapat proses afiksasi prefiks atau penambahan imbuhan,
diantaranya:
1)
men- + jual "
menjual (Jual)
Awalam men- pada kata menjual
memiliki makna melakukan kegiatan
2)
pen- + jual "
penjual (Jual)
Awalan pen- pada kata penjual memiliki
makna orang yang menjual
3)
pe- + bantu "
pembantu (Bantu)
Awalan pe- pada kata pembantu
memiliki makna orang yang suka bantu-bantu atau orang yang membantu
4)
ber- + Tanya "
bertanya (Tanya)
Awalan ber- apada kata bertanya
bermakan melakukan suatu hal
5)
men- + dukung "
mendukung (Dukung)
Awalan men- pada kata mendukung
bermaknakan melakukan suatu hal
6)
ber- + jalan "
berjalan (Jalan)
Awalan ber- pada kata berjalan
meniliki makna melakukan kegiatan yaitu jalan
7)
me- + lapor "
melapor (Lapor)
Awalan me- pada kata melapor bermakna
memberitahukan sesuatu
8)
peN- + tunjuk "
penunjuk (Tunjuk)
Kata di atas mendapat prefiks meN-,
dan hufuf /t/ luluh sehingga berubah menyelamatkan. Prefiks meN- memiliki makna alat atau benda yang memberi
arah penunjuk.
9)
pe + buat "
pembuat (Buat)
Awalan pe- pada kata pembuta bermakan
orang yang melakukan
10) ber
+ telur "
bertelur (Telur)
Awalan ber- pada kata bertelur
bermakna menghasilkan sesuatu.
b. Infiks (imbuhan)
Dalam kedua teks bacaan yang dijadika objek penelitian,
terdapat proses afiksasi yaitu Infiks
atau imbuhan di tengah, diantaranya :
1)
Tunjuk + -el "telunjuk
(tunjuk)
Imbuhan –el pada kata telunjuk
memiliki makna benda yang menunjuk atau benda yang mengarahkan sesuatu.
c. Sufiks (Akhiran)
Dalam kedua teks bacaan yang dijadikan objek
penelitian, terdapat proses afiksasi
yaitu sufiks atau imbuhan belakang kata, diantaranya :
1)
Pergi + lah "
pergilah (pergi)
Akhiran –lah pada kata pergilah
bermakana memerintahkan untuk pergi (mengusir).
2)
Dia + -lah "
dialah
Akhiran –lah pada kata dialah bermakna
menunjuk seseorang.
3)
Hukum + -an "
hukuman (hukum)
Akhiran –an pada kata hukuman,
bermakna tata cara menghukum seseorang.
4)
Pedati + -nya "
pedatinya (pedati)
Akhiran -nya pada kata pedatinya, bermakna
kepemilikan seseorang dari sebuah pedati.
5)
Minum + -an "
minuman (minum)
Akhiran –an pada kata minuman
bermakna suatu benda yang dapat diminum.
6)
Dukung + -an "
dukungan (dukung)
Kata di atas medapat sufiks –an yang
bermakna suatu bentuk usaha.
7)
Dagang + -an "
dagangan (dagang)
Kata di atas mendapar sufiks –an yang
bermaknakan suatu barang yang diperjual belikan.
d. Konfiks (Awal dan akhir)
Dalam kedua teks bacaan yang dijadikan objek penelitian,
terdapat proses afiksasi yaitu konfiks
atau pemberian awalan dan akhiran pada sebuah kata, diantaranya :
1)
meN- + salah +
-an "
menyalahkan (Salah)
Kata di atas mendapat konfiks meN-an,
dan hufuf /s/ luluh sehingga berubah menyalahkan. Konfiks meN-an memiliki makna
melakukan perbuatan yaitu membuat orang lain bersalah.
2)
meng- + kerja +
-an "
mengerjakan (Kerja)
Imbuhan awalan dan akhiran meng-an
pada kata mengerjakan menikili mekana melakukan sutu hal atau melakukan
perbuatan.
3)
ke- + menteri +
-an "kementrian
(Menteri)
Imbuhan awalan dan akhiran ke-an pada
kata kementrian memiliki makna suatu lembaga atau organisasi ataupun tempat.
4)
ke- +hilang + -an "
kehilangan (Hilang)
Imbuhan awal dan akhiran ke-an pada
kata kehilangan bermakna sesuatu yang tengah dialami.
5)
pe- + lestari + -an "
pelestarian (Lestari)
Imbuhan awal dan akhiran pe-an pada
kata pelestaian menjaskan makna melakukan sebuah usaha.
6)
pem- + buat + -an "
pembuatan (Buat)
Awalan da akhiran pem-an apad kata
pembuatan bermaknakan proses.
7)
meN- + Selamat + -an "
menyelamatkan (Selamat)
Kata di atas mendapat konfiks meN-an,
dan hufuf s luluh sehingga berubah menyelamatkan. Konfiks meN-an memiliki makna
melakukan perbuatan
8)
me- + meN- +penjara + -an "
memenjarakan
Kata di atas mendapat konfiks me-meN-an
, adanya konfiks meN- menyebabkan huruf /p/ pada kata penjara luluh sehingga menjadi
memenjarakan. Konfiks me-meN-an memiliki makna membuat jadi.
9)
me- + muncul + -an "
memunculkan.
Kata di atas menadapat konfiks me-an
, yang memiliki makna membuat jadi.
10) me-
+ lindung + -i " melindungi
Kata melindungi mendapat konfiks me-i
yang bermakna melakukan suatu hal.
11) ke-
+ hutan + -an " kehutanan
Kata di atas mendapat konfiks ke-an
yang bermaknakan lembaga atau tempat.
4. Simpulan
Dari penelitian yang
telah dilakukan terhadap perubahan makna kata akibat proses afiksasi pada buku
bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Dari teks ankedot “Anekdot Hukum
Peradilan” pada halaman 114-116 dan teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan
Langka” pada halaman 172-173, dapat disimpulkan yang pertama, proses afiksasi
banyak terdapat dalam teks pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik. Kedua, dari keempat proses afiksasi yaitu prefiks, infiks, sufiks,
dan konfiks, semuanya terdapat dalam teks teks ankedot “Anekdot Hukum
Peradilan” pada halaman 114-116 dan teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan
Langka” pada halaman 172-173. Keempat, proses afiksasi, yaitu infiks sangat jarang
ditemui dalam teks ankedot “Anekdot Hukum Peradilan” pada halaman 114-116 dan
teks prosedur “Langkah Pelestarian Hewan Langka” pada halaman 172-173, namun
proses afiksasi yaitu prefiks konfiks cukup sering ditemui dalam teks.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif
Djoko
Tarigan, dan Hendry Guntur Tarigan. Telaah
Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
(diunduh
pada 18 Juni 2014, pukul 22.31)
Bagiya.
2012. Diktat Morfologi Bahasa Indonesia.
Purworejo: Universita Muhamadiyah Purworejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar