Minggu, 30 Maret 2014

ANALISIS STRUKTUR CERPEN “PEMETIK AIR MATA” KARYA AGOOS NOOR

ANALISIS STRUKTUR CERPEN “PEMETIK AIR MATA”
KARYA AGOOS NOOR

Nurul Hidayati
112110118
Kelas IV C
Universitas Muhammadiyah Purworejo
@nurul_mienyu


PENDAHULUAN
Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan sebuatan cerpen merupakan salah satu jenis karya sasrta yang paling banyak ditulis atau dibuat oleh orang. Cerpen juga merupakan jenis karya sastra yang isinya cenderung padat dan langsung pada tujuannya.
Cerpen Pemetik Air Mata ditulis oleh Agoos Noor. pada tahun 2009 yang merupakan kelanjutan dari cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumiro. Di dalamnya berisi tentang gambaran kehidupan seorang anak yang ibunya tidak lain adalan seorang pelacur. Dan hal tersebut menurun pada kehidupannya setelah dewasa. Namun ia sendiri tidak ingin anaknya bernasib seperti dirinya.
Dalam menganalisis cerpen Pemetik Air Mata karya Agoos Noor, terlebih dahulu akan dibahas kelemahan dan kelebihanya. Kelemahan dari cerpen Pemetik Air Mata adalah cerpen ini memiliki bagian yang tidak langsung bisa dipahami, kecuali dengan memebacanya barkali – kali. Selain itu alur yang digunakan juga tidak terlalu jelas dan sulit untuk dipahami. Sedangkan kelebihan dari cerpen ini adalah cerita yang disajikan cukup menarik untuk dibaca dan bahasanya juga mudah diterima. Selain itu, banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari cerpen Pemetik Air Mata. Sebagai salah satu upaya untuk membantu memahami cerpen Pemetik Air Mata karya Agoos Noor ini, saya bermaksud untuk menganalisis cerpen tersebut melalui pendekatan struktural. Semoga melalui metode pendekatan struktural tersebut pesan atau nilai – nilai dalam cerpen depat dipahami dan diterima pembaca.

UNSUR PEMBANGUN PROSA FIKSI
Unsur pembangun prosa fiksi dari dalam atau yang biasa disebut unsur intrinsik antara lain :
1.      Tema
Tema sering dimaknai sebagai inti dari cerita. Semua cerita yang dibangun berpusat pada tema. Tema adalah masalah hakiki manusia seperti cinta kasih, kekuatan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya. Karena gagasan utama dari suatu cerpen biasanya berisi pandangan tertentu atau perasaan tertentu mengenai perasaan.
2.      Alur
Alur atau plot adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang peranan yang sangat penting dalam cerita. Fungsinya untuk memberi penguatan dalam proses membangun cerita. Secara teoritis, plot biasaya dikembangkan dalam urutan – urutan tertentu. Waluyo (2002: 147-148) membedakan plot menjadi tujuh tahapan yaitu exposition (paparan awal cerita), inciting moment (peristiwa mulai adanya konflik), rising action (penanjakkan konflik), complication (konlik yang semakin ruwet), klimaks (pincak dari seluruh cerita), falling action (konflik yang dibangun mulai menurun), denovement (penyelesaian). Berdasarkan kriteria uruta waktu, Nurgiyantoro (2002: 153-155) membedakan alur menjadi tiga, yaitu alur maju atau progresif, alur mundur atau regresif atau juga flashback, dan alur campuran yaitu gabungan alur maju dan mundur.
3.      Tokoh dan penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku dalam cerita. Istilah penokohan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Berdasarkan peran tokoh dalam suatu cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Selain itu, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh. Tokoh protagonis biasa dikenal sebagai tokoh yang baik sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.
4.      Latar
Latar atau setting disebut juga sabagai landas lampu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan. Unsur latar atau setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yang meliputi latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
5.      Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi atau kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.
Menurut Abrams, sudut pandang itu sendiri sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tidakan, latar, dan sebagai peristiwa  
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Usaha pembagian sudut pandang tela dilakukan oleh banyak pakar sasrta. Namun, pada dasarnya mereka berpendapat sama, yakni posisi pengarang sebagai orang pertama, orang ketiga, atau bahkan campuran.
6.      Bahasa
Sebuah cerpen umumnya dikembangkan dalam dua bentuk penuturan, yaitu narasi dan dialog. Kedua bentuk itu hadir sacara bergantian sehingga cerita yang ditampilkan menjadi tidak bersifat monoton, terasa variatif, dan segar.
Gaya narasi merupakan penuturan yang bukan bentuk percakapan, artinya pengarang menyampaikan secara langsung atau bersifat menceritakan. Sedangkan gaya dialog atau percakan, seolah pengarang membiarkan pembaca utuk melihat dan mendengarkan sendiri kata – kata tokoh  dalam cerita.
Gaya membuat pembaca dapat meniknati cerita, menikmati gambaran tindakan, pikiran, dan pandangan yang dciptakan pengarang, serta dapat mengagumi keahlian pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya bahasa juga berhubungan dengan tujuan dari cerita.
7.      Amanat
Amanat adalah pesan atau kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup. Amanat juga bisa diartikan sebagai nilai – nilai positif yang terkandung dalam sebuah cerita yang pantas untuk dicontoh.


ANALISIS STRUKTUR CERPEN “PEMETIK AIR MATA”
KARYA AGOOS NOOR

1.      Tema
Cerpen Pemetik Air Mata merupakan cerpen yang mengengkat kisah tentang kesedihan dan air mata seorang anak yang nasibnya tidak jauh berbeda dari nasib ibunya. Di dalamnya mengungkapakan kehidupan seorang anak yaitu tokoh Sandra yang merupakan anak seorang pelacur. Ia berharap tidaka akan memiliki nasib sama seperti Mamanya namun ternyata  yang nasib hidupnya tidak jauh berbeda dengan Mamanya, hanya saja ia lebih sedikit beruntung karena semua kebutuhannya terpenuhi. Namun tokoh Sandra sendiri berharap agar anaknya kelak tidak akan bernasib sama dengan apa yang dialaminya saat kecil.

2.      Alur
Cerpen Pemetik Air Mata dibangun dengan alur yang cukup menarik. Cerpen ini disajikan menggunakan alur campuran yaitu alur maju dan mundur. Analisis tahap alur dalam novel Pemetik Air Mata dapat dipaparkan sebagai berikut:
a.       Tahap Eksposision
Cerpen Pemetik Air Mata diawali dengan menampilkan sebuah cerita mengenai peri - peri air mata yang dibacakan oleh tokoh Mama kepada tokoh Sarah. Terbukti pada penggalan teks berikut:
Mereka hanya muncul malam hari. Peri-peri pemetik air mata. Selalu datang berombongan— kadang lebih dari dua puluh—seperti arak-arakan capung, menjinjing cawan mungil keemasan, yang melekuk dan mengulin di bagian ujungnya. Ke dalam cawan mungil itulah mereka tampung air mata yang mereka petik. Cawan itu tak lebih besar dari biji kenari, tapi bisa untuk menampung seluruh air mata kesedihan di dunia ini. Saat ada yang menangis malam-malam, peri-peri itu akan berkitaran mendekati, menunggu air mata itu menggelantung di pelupuk, kemudian pelan-pelan memetiknya. Bila sebulir air mata bergulir jatuh, mereka akan buru-buru menadahkan cawan itu. Begitu tersentuh jari-jari mereka yang ajaib, setiap butir air mata akan menjelma kristal”.
Dan terlihat pula dalam kutipan :
Lalu Mama kembali membacakan cerita tentang peri-peri pemetik air mata.
Pada mulanya adalah sebutir air mata. Saat itu Tuhan begitu sedih dan kesepian, hingga meneteskan sebutir air mata. Dari sebutir air mata sejernih putih telur itulah tercipta semesta, hamparan kabut, langit lakmus yang belum dihuni bintang-bintang, makhluk-makhluk gaib, pepohonan dan sungai-sungai madu. Kemudian, pada hari ke tujuh, barulah terbit cahaya...”
b.      Tahap Inciting Moment
Pada tahap ini mulai terlihat permasalahan yang mengenai tokoh dalam cerita. Gambaran permasalahan tokoh cerpen Pemetik Air Mata yaitu Sandra yang tidak memepercayai cerita tentang peri – peri air mata. Hal tersebut tampak pada cuplikan berikut:
“Sandra tak percaya cerita itu. Meski ia sering melihat para pengasong menjajakan kristal air mata itu. Sering mereka mengetuk – ngetuk mobinya, setengah memaksa”.
c.       Tahap Rising Action
Peristiwa yang terjadi dalam cerpen Pemetik Air Mata terus berkembang mengalami penanjakkan konflik cerita. Pada tahap ini terlihat alur mundur atau flashback. Konflik terasa saat tokoh Sandra, semasa kecil sering melihat Mamanya menangis, ia juga selalu ikut menangis satiap kali melihat Mamanya menangis. Dan  jika Mamanya melihat ia ikut menangis maka Sandra akan dibentak.
Selain itu masalah lain yaitu mengenai keadaan rumah dari tokoh Sandra sendiri yang sangat tidak wajar atau selalu berantakan. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan berikut:
Dulu, semasa kanak, setiap kali melihat Mamanya diam-diam menangis, Sandra selalu berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Mamanya memang sering menangis terisak malam-malam. Ia pun selalu menangis bila melihat Mamanya menangis. Tapi Sandra berusaha menahan tangisnya karena Mamanya pasti akan langsung membentak bila tahu ia menangis. ”Jangan cengeng anak setan!” Kadang teriakan itu disertai lembaran kaleng bir yang segera bergemerontangan di lantai yang penuh puntung dan debu rokok. Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada pakaian dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di meja, bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus- menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah”.
d.      Tahap Complication
Perkembangan pada tahap ini lebih kompleks. Dalam cerpen Pemetik Air Mata. Dalam tahap ini permasalahan lebih berkembang saat tokoh Sandra selalu dibentak oleh Mamanya jika menanyakan soal Papanya. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan berikut:
“Suara Mama memang nyaris selalu membentak. Pernah sekali Sastra bertanya soal Papanya, tetapi ia langsung disemprot mulutnya yang berbau alkohol, ”Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!” Meski begitu Sandra tahu kalau sesungguhnya perempuan itu menyayanginya”.
e.       Tahap Klimaks
Pada tahap ini rangkaian peristiwa – peristiwa yang terjadi mencapai klimaks. Pada cerpen Pemetik Air Mata permasalahan yang dialami tokoh Sandra makin rumit. Hal tersbut terjadi saat sandra selalu berharap peri – peri air mata datang saat Mamanya menangis. Selain itu tokoh Sandra juga tak pernah melupakan saat Mamanya memindahkannya yang pura – pura tertidur  ke kolong tempat tidur saat ada laki – laki datang. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan berikut:
“Setiap kali mendapati Mamanya menangis, Sandra pun berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Ia tahu peri-peri itu bisa menghapus kesedihan dari mata Mamanya. Tapi Sandra tak pernah melihat peri itu muncul, dan Mamanya terus terisak menahan tangis, sembari kadang-kadang memeluk dan dengan lembut menciumi Sandra yang pura-pura tertidur pulas. Setiap malam Sandra memang selalu pura-pura bisa tertidur lelap, terutama bila ada laki-laki entah siapa datang ke rumahnya. Sandra tak pernah lupa ketika suatu malam Mamanya pelan-pelan memindahkannya ke kolong ranjang dan mengira ia sudah tertidur, padahal ia bisa mendengar suara lenguh Mamanya dan laki-laki itu di atas ranjang. Juga suara dengus sebal Mamanya ketika akhirnya laki-laki itu mendengkur keras sekali. Di kolong ranjang Sandra terisak pelan, ”Mama… Mama….” Pipinya basah air mata”.
f.       Tahap Falling Action
Setelah mencapai klimaks dengan mengungkapkan permasalahan – permasalahan tokoh kemudian pada tahap tertentu konflik cerita mulai menurun. Pada bagian ini, sosok Sarah sudah dewasa dan sudah memiliki anak. Dalam tahap ini terlihat alur maju. Tokoh Sandra merasa beruntung beruntung kerena memiliki suami yang mencukupi kebutuhan hidupnya dan itu sangat berbeda dengan sosok Papa yang sangat diharapkannya dulu, yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya apali memenuhi kebutuhannya dan Mamanya. Terlihat dalam kutipan sebagai beikut:
“Sandra merasa hidupnya jauh lebih beruntung dari hidup Mamanya karena punya suami yang mencukupi hidupnya. Bagaimana pun suaminya memang laki-laki penuh perhatian yang pernah dikenalnya. Setidaknya dibanding puluhan laki-laki yang hanya iseng terhadapnya.”
g.      Tahap Denovement
Setelah melalui proses penurunan konflik, dalam tahap ini tokoh Sandra berharap bahwa anaknya kelak tidak akan bernasib sama seperti dia, sebagaimana yang tokoh Sandra alami saat kecil dulu,  tokoh Sanda juga tidak ingin anaknya tahu bahwa dirinya adalah istri simpanan. Terbukti dalam kutipan berikut:
Sandra ingin semua ini akan berjalan baik seterusnya. Ia berusaha serapi mungkin menyembunyikan. Ia tak ingin Bita sedih. Ia ingin Bita menikmati masa-masa sekolahnya dengan nyaman dan tak cemas menghadapi pelajaran mengarang. Sandra kembali merasakan saat-saat paling sedih masa kanak-kanaknya, saat ia tahu kalau ibunya pelacur. Sungguh, ia tak ingin Bita tahu, kalau ibunya hanya istri simpanan.”

3.      Tokoh dan penokohan
Analisis tokoh dan penokohan dalam cerpen Pemetik Air Mata dilakukan dengan melihat penggambaran watak tokoh dari beberapa sisi, yaitu melalui metode deskripstif maupun dramatik.
a.       Deskripsi tokoh – tokoh dalan cerpen Pemetik Air Mata
Cerpen Pemetik Air Mata karya Agoos Noor menampilkan tokoh utama yaitu Sandra, dan kemudian berkembang dengan tokoh Mama, Bita dan Suami Sandra.
Cerpen Pemetik Air Mata menempatkan tokoh Sandra sebagai pusat bagi pengarang untuk mengungkapakan cerita. Tokoh Sandra merupakan tokoh sentral yang mengalami banyak peristiwa dalam keterlibatannya dalam cerpen Pemetik Air Mata.
Tokoh Sandra berhubungan erat dengan tokoh Mama. Karena keduanya merupakan ibu dan anak dan tinggal satu rumah.
Hal tersebut terbukti dengan cuplikan cebagaoi berikut:
Tapi saat-saat paling menyenangkan bagi Sandra adalah saat perempuan itu membacakannya cerita dari buku berbahasa Inggris dengan gambar-gambar berwarna. Kadang tanpa sadar di tengah-tengah cerita yang dibacakannya, air mata Mamanya menetes.
”Kenapa Mama menangis?”
”Tidak, Sandra… Mama tidak menangis.”
”Kenapa manusia bisa menangis, Mama?”
”Karena manusia diciptakan dari kesedihan.”
”Kenapa mesti ada kesedihan, Mama?”
”Diamlah. Jangan cerewet. Atau Mama hentikan bacanya!”
Lalu Mama kembali membacakan cerita tentang peri-peri pemetik air mata”.
Tokoh Sandra juga berhubungan erat dengan tokoh Bita yang tidak lain adalah anaknya sendiri.hubungan mereka terbukti pada penggalan teks berikut:
“Tidak, tidak—tapi Sandra tak mengucapkannya.
”Apakah kalau Bita menangis, peri-peri itu juga akan muncul, Mama?”
Sandra mencoba tersenyum.
“Sekarang tidurlah,” Sandra berusaha menghentikan percakapan, kemudian dengan lembut menyelimuti dan mencium keningnya”.
b.      Penggolongan tokoh dalam cerpen Pemetik Air Mata
Dalam cerpen Pemetik Air Mata, tokoh Sandra merupakan tokoh yang melakukan segala tindak tokoh utama sebagaimana diamanatkan oleh pengarang. Karenanya tokoh Sandra memenuhi syarat disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh protagonis memiliki watak yang baik. Terbukti saat Sandra selalu ikut sedih setiap melihat Mamanya menangis yang ia tak tahu apa sebabnya.
“Sandra selalu berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Mamanya memang sering menangis terisak malam-malam. Ia pun selalu menangis bila melihat Mamanya menangis.”
Tokoh Mama kurang disenangi, karena pada awal cerita ia menunjukkan watak yang kurang baik. Terbukti ia selalu membentak anaknya yaitu Sandra jika ia menanyakan Papanya. Tokoh Mama juga sering meminum minuman beralkohol dan  merokok. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan berikut:
“Mamanya pasti akan langsung membentak bila tahu ia menangis. ”Jangan cengeng anak setan!” Kadang teriakan itu disertai lembaran kaleng bir yang segera bergemerontangan di lantai yang penuh puntung dan debu rokok. Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada pakaian dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di meja, bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus- menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah”.
c.       Perwatakan tokoh
Setiap tokoh yang ada dalam cerpen Pemetik Air Mata memiliki watak yang berbeda – beda.
Deskripasi tokoh Sandra seperti dalam kutipan berikut:
“Setiap kali mendapati Mamanya menangis, Sandra pun berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Ia tahu peri-peri itu bisa menghapus kesedihan dari mata Mamanya. Tapi Sandra tak pernah melihat peri itu muncul, dan Mamanya terus terisak menahan tangis, sembari kadang-kadang memeluk dan dengan lembut menciumi Sandra yang pura-pura tertidur pulas. Setiap malam Sandra memang selalu pura-pura bisa tertidur lelap, terutama bila ada laki-laki entah siapa datang ke rumahnya. Sandra tak pernah lupa ketika suatu malam Mamanya pelan-pelan memindahkannya ke kolong ranjang dan mengira ia sudah tertidur, padahal ia bisa mendengar suara lenguh Mamanya dan laki-laki itu di atas ranjang. Juga suara dengus sebal Mamanya ketika akhirnya laki-laki itu mendengkur keras sekali. Di kolong ranjang Sandra terisak pelan, ”Mama… Mama….” Pipinya basah air mata”.
 Berdasarkan cuplikan teks diatas, dapat diketahui bahwa tokoh Sandra adalah anak yang sangat menyayangi Mamanya, ia juga termasuk sosok penyabar dan menerima apa adanya, bagaimanapun kedaan Mamanya.
Deskripsi tokoh Mama dalam cerpen Pemetik Air Mata seperti dalam cuplikan berikut:
“Mamanya pasti akan langsung membentak bila tahu ia menangis. ”Jangan cengeng anak setan!” Kadang teriakan itu disertai lembaran kaleng bir yang segera bergemerontangan di lantai yang penuh puntung dan debu rokok. Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada pakaian dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di meja, bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus- menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
Suara Mama memang nyaris selalu membentak. Pernah sekali Sastra bertanya soal Papanya, tetapi ia langsung disemprot mulutnya yang berbau alkohol, ”Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!.”
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa tokoh Mama memiliki watak suka membentak, ia juga seorang pemabuk, suka merokok dan tergolong orang yang jorok.
Meski begitu tokoh Mama juga memiliki watak yang baik dan menyayangi anaknya yaitu Sandra. Terbukti dalam kutipan berikut:
“Sering, bila hari Minggu, Mamanya juga mengajaknya jalan-jalan. Membelikannya baju, mengajak makan kentang goreng atau ayam goreng. Saat Sandra menikmati es krim, perempuan itu tampak selalu menatap dengan mata penuh cinta. Tanpa sadar ia akan bergumam, ”Sandra, Sandra….” Sambil membersihkan mulut Sandra yang belepotan.”
Hal tersebut juga terlihat saat tokoh Mama todak mau kalau anaknya yaitu Sandra mengukuti jejekanya yang kurang baik.
“Bahkan Sandra tahu kalau Mamanya tak pernah menginginkan ia menjadi seperti Mamanya. Sandra selalu ingat, dulu, di saat-saat Mamanya begitu tampak mencintainya, perempuan itu selalu mendekapnya erat-erat sembari sesekali berbisik terisak, ”Berjanjilah pada Mama, kamu akan menjadi wanita baik-baik, Sandra.”
”Seperti Mama?”
”Tidak. Kamu jangan seperti Mama, Sandra. Jangan seperti Mama….”
Tokoh lain yaitu Bita. Bita merupakan anak dari tokoh Sandra. Deskripsi tokoh Bita seperti kutipan teks berikut:
“Kenapa penjual itu mesti bohong, Mama? Ini memang air mata beneran, kok. Cobalah Mama dengerin, kadang-kadang ia mengeluarkan tangisan.” Lalu Bita berceloteh riang, kalau kawan-kawan sekolahnya juga banyak yang membeli butir-butir kristal air mata itu untuk dikoleksi. ”Semua anak laki-laki di sekolah sekarang enggak suka lagi adu jangkrik. Saat istirahat, mereka lebih suka mengadu kristal-kristal air mata miliknya. Kristal air mata yang mengeluarkan tangisan paling panjang dan paling menyedihkan yang menang.”
Bita menyimpan koleksi kristal air matanya di kotak kecil, dan selalu menaruhnya di sisi bantal tidurnya. Kadang Bita terbangun ketika didengarnya kristal-kristal air mata itu mengeluarkan tangisan. ”Bita senang mendengar tangisan mereka yang merdu, Mama,” katanya. ”Apa Mama juga suka menangis kalau malam?”
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Bita merupakan anak yang masih berusia 10 tahun, ia masih polos, dan memiliki nasib yang hampir sama dengan ibunya yaitu Sandra yang selalu menanyakan mengenai air mata kepada Mamanya.

4.      Latar
a.       Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan peristiwa itu terjadi dan diceritakan.
Peristiwa dalam cerpen Pemetik Air Mata terjadi di jaman yang sudah modern yaitu di tahun 2009 .
Latar waktu yang disajikan Dalam cerpen Pemetik Air Mata sebagian besar menggunakan latar waktu pada malam hari. Terbukti dalam kutipan berikut:
Sandra sudah terbiasa dengan pertemuan-pertemuan yang cuma sebentar seperti ini. Tapi ketika selepas jam 2 dini hari Sandra mendengar derum mobil laki-laki itu keluar rumahnya, ia benar-benar tak kuasa menahan air matanya. Dulu, saat ia seusia Bita, Sandra selalu pura-pura tertidur ketika ada laki-laki keluar masuk rumahnya.”
b.      Latar Tempat
Latar tempat memberikan deskripsi imajinasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen Pemetik Air Mata.
Latar tempat yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah
·         Rumah Sandra
Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada pakaian dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di meja, bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus- menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah”.
·         Latar lain yaitu di sekolah Bita.
”Lalu Bita berceloteh riang, kalau kawan-kawan sekolahnya juga banyak yang membeli butir-butir kristal air mata itu untuk dikoleksi. ”Semua anak laki-laki di sekolah sekarang enggak suka lagi adu jangkrik.”
·         Kamar
“Setiap malam Sandra memang selalu pura-pura bisa tertidur lelap, terutama bila ada laki-laki entah siapa datang ke rumahnya. Sandra tak pernah lupa ketika suatu malam Mamanya pelan-pelan memindahkannya ke kolong ranjang dan mengira ia sudah tertidur, padahal ia bisa mendengar suara lenguh Mamanya dan laki-laki itu di atas ranjang. Juga suara dengus sebal Mamanya ketika akhirnya laki-laki itu mendengkur keras sekali. Di kolong ranjang Sandra terisak pelan, ”Mama… Mama….” Pipinya basah air mata.”
·         Jalan
“Sandra tak percaya cerita itu. Meski ia sering melihat para pengasong menjajakan kristal air mata itu. Sering mereka mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, setengah memaksa.
”Air mata, Bu? Murah… Seribu tiga, Bu… Seribu tiga…”
·         Sekolah Bita
“Lalu Bita berceloteh riang, kalau kawan-kawan sekolahnya juga banyak yang membeli butir-butir kristal air mata itu untuk dikoleksi. ”Semua anak laki-laki di sekolah sekarang enggak suka lagi adu jangkrik. Saat istirahat, mereka lebih suka mengadu kristal-kristal air mata miliknya.”
c.       Latar Suasana
Suasana merupakan gambaran keadaan ataupun persaan yang tergambar dalam cerpen Pemetik Air Mata.
·         Suasana menyedihkan
Salah satunya terbukti saat Sandra selalu miris setiap kali melihat Mamanya menangis, bahkan ia juga ikut menangis.
“Mamanya memang sering menangis terisak malam-malam. Ia pun selalu menangis bila melihat Mamanya menangis.”
·         Susana menyenangkan
Dalam cerpen ini juga terdapat suasana menyenangkan. Salah satunya terbukti jika setiap hari minggu Mamanya sering mengajak Sandra jalan – jalan dan membersihkan bibir Sandra yang belepotan is krim.
“Sering, bila hari Minggu, Mamanya juga mengajaknya jalan-jalan. Membelikannya baju, mengajak makan kentang goreng atau ayam goreng. Saat Sandra menikmati es krim, perempuan itu tampak selalu menatap dengan mata penuh cinta. Tanpa sadar ia akan bergumam, ”Sandra, Sandra….” Sambil membersihkan mulut Sandra yang belepotan.”
Hal lain juga terlihat saat Mamanya menceritakan cerita buku berbahasa Inggris dengan gambar berwarna.
“Tapi saat-saat paling menyenangkan bagi Sandra adalah saat perempuan itu membacakannya cerita dari buku berbahasa Inggris dengan gambar-gambar berwarna.”
·         Suasana menegangkan
Suasana menegangkan juga terdapat dalam cerpen ini, salah satunya pada saat Sandra menanyakan soal Papanya.
“Pernah sekali Sastra bertanya soal Papanya, tetapi ia langsung disemprot mulutnya yang berbau alkohol, ”Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”

5.      Sudut Pandang
Sudah dijelaskan bahwa sudut pandang merupakan cara pengarang memposisikian diri dalam cerita. Setiap pengarag memiliki kekhasan masing – masing dalam penyajian cerita olahannya. Sudut Pandang sendiri memiliki pengertian sebagai cara pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Dengan demikian, Sudut Pandang pada hakikatnya merupakan teknik atau siasat yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya, melalui kaca mata tokoh—atau tokoh – tokoh  —dalam ceritanya.
Sudut panadang digunakan pengarang dalam cerpen Pemetik Air Mata adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Karena dalam cerpen tersebut penulis atau pengarang sebagai narator dan berada di luar cerita, tetapi ia mengetahui semua hal mengenai pikiran, perasaan, perbuatan tokoh – tokoh ceita dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal tersebut terbukti melalui penggalan teks berukut :
Ia berusaha serapi mungkin menyembunyikan. Ia tak ingin Bita sedih. Ia ingin Bita menikmati masa-masa sekolahnya dengan nyaman dan tak cemas menghadapi pelajaran mengarang.”
Hal terbsebut menunjukkan maksud yang ingin disampaikan pengarang melali tokoh Sandra yang tidak menginginkan anaknya mengetahui bagaimana sebenarnya hidupnya apalagi memiliki nasib yang sama dengan ibunya.

6.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Pemetik Air Mata adalah bahasa indonesia yang diasa digunakan dalam kehidupan seharu – hari dan tentunya mudah diterima bagi pembaca.

7.      Amanat 
Amanat yang terkandung dalam cerpen Pemetik Air Mata adalah sabagai berikut:
a.       Pada dasarnya seorang ibu sangat menyayangi anaknya walupun itu dengan betuk yang berbeda.
Terbukti dengan perilaku tokoh Mama terhadap Sandra, ia memang suka membentak Sandra, manun sebenarnya ia sangat menyayangi Sandra.
b.      Berhapalah yang lebih baik untuk masa depan.
Terbukti dengan harapan Sandra terhadap anaknya yaitu Bita, bahwa Sandra tidak ingin anaknya kelak akanmemiliki nasih seperti Mamanya.
Sandra ingin semua ini akan berjalan baik seterusnya. Ia berusaha serapi mungkin menyembunyikan. Ia tak ingin Bita sedih. Ia ingin Bita menikmati masa-masa sekolahnya dengan nyaman dan tak cemas menghadapi pelajaran mengarang. Sandra kembali merasakan saat-saat paling sedih masa kanak-kanaknya, saat ia tahu kalau ibunya pelacur.”
c.       Tetaplah mencintai dan menyayangi ibu walau bagaimanapun pekerjaan atau keadaannya. Ini sama seperti apa yang dialami oleh Sandra. Ia sangat menyayangi Mamanya walaupun Mamanya seperti itu.

PENUTUP
Cerpen Pemetik Air Mata merupakan cerpen yang mengengkat kisah tentang kesedihan dan air mata. Di dalamnya mengungkapakan kehidupan seorang anak yaitu tokoh Sandra yang merupakan anak seorang pelacur. Ia berharap tidaka akan memiliki nasib sama seperti Mamanya namun ternyata  yang nasib hidupnya tidak jauh berbeda dengan Mamanya, hanya saja ia lebih sedikit beruntung karena semua kebutuhannya terpenuhi. Namun tokoh Sandra sendiri berharap agar anaknya kelak tidak akan bernasib sama dengan apa yang dialaminya saat kecil.
Cerpen Pemetik Air Mata menampilkan tokoh utama Sandra , yang kemudian berkembang dengan tokoh Mama dan Bita.
Tokoh Sandra dideskripsikan sebagai anak yang sangat menyayangi Mamanya, ia juga termasuk sosok penyabar dan menerima apa adanya, bagaimanapun kedaan Mamanya. Pada awalnya Tokoh Mama dideskripsikan sebagai memiliki watak suka membentak, ia juga seorang pemabuk, suka merokok dan tergolong orang yang jorok. Namun pada akhirnya tokoh Mama juga memiliki watak yang baik dan menyayangi anaknya yaitu Sandra. Dalam cerpen ini, tokoh Bita dideskripsikan sebagai anak yang masih berusia 10 tahun, ia masih polos, dan memiliki nasib yang hampir sama dengan ibunya yaitu Sandra yang selalu menanyakan mengenai air mata kepada Mamanya.
Peristiwa dalam cerpen Pemetik Air Mata karya Agoos Noor terjadi pada jaman modern yaitu di tahun 2009. Latar yang digunakan dalam cerpen antara lain di rumah Sandra, kamar, jalan, dan sekolah Bita.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen Pemetik Air Mataadalah sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari.


DAFTAR PUSTAKA
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta.
Noor, Agoos. 2009. Cerpen Pemetik Air Mata. Yogyakarta.

LAMPIRAN
Sandra adalah seorang anak yang memiliki ibu dengan profesi sebagai pelacur. Dia sendiri tidak  pernah mengetahui seperti apa Papanya. Setiap ia bertanya mengenai sosok Papanya, Mamanya selalu menjawab dengan nada memebentak. Ia memang sering mendapat betakan dari Mamanya, namun ia tahu bahwa Mamanya sangat menyayanginya. Sandra pernah mendengar cerita tentang peri – peri pemetik air mata yang selalu datang saat ada manusia sedang bersedih, peri – peri itu akan memetik air mata seseorang yang sedang menangis yang kemudian air mata itu berubah menjadi kristal – kristal dengan mengeluarkan suara tangisan. Peri – peri itu tinggal di ceruk gua-gua purba. Di sanalah butir-butir air mata yang dipetik itu dibawa. Butiran air mata dijadikan sebagi sarang, serupa istana kecil yang saling terhubung jembatan gantung yang juga terbuat dari untaian air mata. Di langit-langit gua itu, butir-butir air mata itu teruntai seperti jutaan lampu kristal yang berkilauan. Dan saat itu ada seorang pecuri sarang walet yang menemukan tempat mereka, lalu dia mencuri kristal – kristal air mata, yang kemudian dijual di pinggiran jalan dengan harga yang murah. Tentu saja Sandra tak percaya dengan cerita itu. Sandra memang sering memergoki Mamanya menangis di malam hari dan ia selalu barharap peri – peri pemetik air mata datang dan memetik air mata Mamanya agar berubah menjadi kristal seperti cerita yang didengarnya. Semenjak kecil Sandra selelu hidup dengan keadaan Mamanya yang selalu mabuk – mabukan, suka merokok, dengan keadaan rumah yang berantakan, ia juga pernah memergoki Mamanya sedang bercengkrama dengan lelaki hidung belang di kamar. Betapa sedih hati Sandra saat itu. Ia berharap bahwa hidupnya tidak akan seperti Mamanya, namun pada akhirnya jusrtu ia sama dengan Mamanya, hanya saja Sandra lebih beruntung dibandingkan Mamanya. Sama seperti apa yang dialaminya dulu, kini Sandra berharap anankya yaitu Bita jua tidak pernah merasakan kasih seorang Papa. Pada akhirnya Sandra hanya berharap baik pada anaknya yaitu Bita agar hidupnya tidak akan seperti apa yang dialaminya saat kecil dulu ataupun sekarang yang hanya dijadikan sebagai wanita simpanan.
















2 komentar: