ANALISIS
STRUKTUR CERPEN “PEMETIK AIR MATA”
KARYA
AGOOS NOOR
Nurul
Hidayati
112110118
Kelas
IV C
Universitas
Muhammadiyah Purworejo
@nurul_mienyu
PENDAHULUAN
Cerita
pendek atau yang lebih dikenal dengan sebuatan cerpen merupakan salah satu
jenis karya sasrta yang paling banyak ditulis atau dibuat oleh orang. Cerpen
juga merupakan jenis karya sastra yang isinya cenderung padat dan langsung pada
tujuannya.
Cerpen
Pemetik Air Mata ditulis oleh Agoos Noor. pada tahun 2009 yang merupakan
kelanjutan dari cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumiro. Di dalamnya berisi
tentang gambaran kehidupan seorang anak yang ibunya tidak lain adalan seorang
pelacur. Dan hal tersebut menurun pada kehidupannya setelah dewasa. Namun ia
sendiri tidak ingin anaknya bernasib seperti dirinya.
Dalam
menganalisis cerpen Pemetik Air Mata karya Agoos Noor, terlebih dahulu akan
dibahas kelemahan dan kelebihanya. Kelemahan dari cerpen Pemetik Air Mata
adalah cerpen ini memiliki bagian yang tidak langsung bisa dipahami, kecuali
dengan memebacanya barkali – kali. Selain itu alur yang digunakan juga tidak
terlalu jelas dan sulit untuk dipahami. Sedangkan kelebihan dari cerpen ini
adalah cerita yang disajikan cukup menarik untuk dibaca dan bahasanya juga
mudah diterima. Selain itu, banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari cerpen
Pemetik Air Mata. Sebagai salah satu upaya untuk membantu memahami cerpen
Pemetik Air Mata karya Agoos Noor ini, saya bermaksud untuk menganalisis cerpen
tersebut melalui pendekatan struktural. Semoga melalui metode pendekatan
struktural tersebut pesan atau nilai – nilai dalam cerpen depat dipahami dan
diterima pembaca.
UNSUR PEMBANGUN PROSA
FIKSI
Unsur pembangun
prosa fiksi dari dalam atau yang biasa disebut unsur intrinsik antara lain :
1. Tema
Tema sering dimaknai sebagai inti dari cerita. Semua
cerita yang dibangun berpusat pada tema. Tema adalah masalah hakiki manusia
seperti cinta kasih, kekuatan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan
sebagainya. Karena gagasan utama dari suatu cerpen biasanya berisi pandangan
tertentu atau perasaan tertentu mengenai perasaan.
2. Alur
Alur atau plot adalah pengaturan urutan peristiwa
pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang
peranan yang sangat penting dalam cerita. Fungsinya untuk memberi penguatan
dalam proses membangun cerita. Secara teoritis, plot biasaya dikembangkan dalam
urutan – urutan tertentu. Waluyo (2002: 147-148) membedakan plot menjadi tujuh
tahapan yaitu exposition (paparan awal cerita), inciting moment (peristiwa
mulai adanya konflik), rising action (penanjakkan konflik), complication
(konlik yang semakin ruwet), klimaks (pincak dari seluruh cerita), falling
action (konflik yang dibangun mulai menurun), denovement (penyelesaian).
Berdasarkan kriteria uruta waktu, Nurgiyantoro (2002: 153-155) membedakan alur
menjadi tiga, yaitu alur maju atau progresif, alur mundur atau regresif atau
juga flashback, dan alur campuran yaitu gabungan alur maju dan mundur.
3. Tokoh
dan penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur
penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau
pelaku dalam cerita. Istilah penokohan untuk melukiskan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Berdasarkan peran tokoh dalam suatu cerita, tokoh
dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Selain itu, tokoh dapat
dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis jika dilihat dari
fungsi penampilan tokoh. Tokoh protagonis biasa dikenal sebagai tokoh yang baik
sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.
4. Latar
Latar atau setting disebut juga sabagai landas
lampu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan. Unsur
latar atau setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yang meliputi
latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
5. Sudut
pandang
Sudut pandang adalah posisi atau kedudukan pengarang
dalam membawakan cerita.
Menurut Abrams, sudut pandang itu sendiri sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, tidakan, latar, dan sebagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca.
Usaha pembagian sudut pandang tela dilakukan oleh
banyak pakar sasrta. Namun, pada dasarnya mereka berpendapat sama, yakni posisi
pengarang sebagai orang pertama, orang ketiga, atau bahkan campuran.
6. Bahasa
Sebuah cerpen umumnya dikembangkan dalam dua bentuk
penuturan, yaitu narasi dan dialog. Kedua bentuk itu hadir sacara bergantian
sehingga cerita yang ditampilkan menjadi tidak bersifat monoton, terasa
variatif, dan segar.
Gaya narasi merupakan penuturan yang bukan bentuk
percakapan, artinya pengarang menyampaikan secara langsung atau bersifat
menceritakan. Sedangkan gaya dialog atau percakan, seolah pengarang membiarkan
pembaca utuk melihat dan mendengarkan sendiri kata – kata tokoh dalam cerita.
Gaya membuat pembaca dapat meniknati cerita,
menikmati gambaran tindakan, pikiran, dan pandangan yang dciptakan pengarang,
serta dapat mengagumi keahlian pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya bahasa
juga berhubungan dengan tujuan dari cerita.
7. Amanat
Amanat adalah pesan atau kesan yang dapat memberikan
tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang
memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup. Amanat
juga bisa diartikan sebagai nilai – nilai positif yang terkandung dalam sebuah
cerita yang pantas untuk dicontoh.
ANALISIS
STRUKTUR CERPEN “PEMETIK AIR MATA”
KARYA
AGOOS NOOR
1. Tema
Cerpen Pemetik Air Mata merupakan cerpen yang
mengengkat kisah tentang kesedihan dan air mata seorang anak yang nasibnya
tidak jauh berbeda dari nasib ibunya. Di dalamnya mengungkapakan kehidupan
seorang anak yaitu tokoh Sandra yang merupakan anak seorang pelacur. Ia
berharap tidaka akan memiliki nasib sama seperti Mamanya namun ternyata yang nasib hidupnya tidak jauh berbeda dengan
Mamanya, hanya saja ia lebih sedikit beruntung karena semua kebutuhannya
terpenuhi. Namun tokoh Sandra sendiri berharap agar anaknya kelak tidak akan
bernasib sama dengan apa yang dialaminya saat kecil.
2. Alur
Cerpen Pemetik Air Mata dibangun dengan alur yang
cukup menarik. Cerpen ini disajikan menggunakan alur campuran yaitu alur maju
dan mundur. Analisis tahap alur dalam novel Pemetik Air Mata dapat dipaparkan
sebagai berikut:
a.
Tahap Eksposision
Cerpen
Pemetik Air Mata diawali dengan menampilkan sebuah cerita mengenai peri - peri
air mata yang dibacakan oleh tokoh Mama kepada tokoh Sarah. Terbukti pada
penggalan teks berikut:
“Mereka
hanya muncul malam hari. Peri-peri pemetik air mata. Selalu datang berombongan—
kadang lebih dari dua puluh—seperti arak-arakan capung, menjinjing cawan mungil
keemasan, yang melekuk dan mengulin di bagian ujungnya. Ke dalam cawan mungil
itulah mereka tampung air mata yang mereka petik. Cawan itu tak lebih besar
dari biji kenari, tapi bisa untuk menampung seluruh air mata kesedihan di dunia
ini. Saat ada yang menangis malam-malam, peri-peri itu akan berkitaran
mendekati, menunggu air mata itu menggelantung di pelupuk, kemudian pelan-pelan
memetiknya. Bila sebulir air mata bergulir jatuh, mereka akan buru-buru
menadahkan cawan itu. Begitu tersentuh jari-jari mereka yang ajaib, setiap
butir air mata akan menjelma kristal”.
Dan
terlihat pula dalam kutipan :
“Lalu
Mama kembali membacakan cerita tentang peri-peri pemetik air mata.
Pada mulanya adalah sebutir air
mata. Saat itu Tuhan begitu sedih dan kesepian, hingga meneteskan sebutir air
mata. Dari sebutir air mata sejernih putih telur itulah tercipta semesta,
hamparan kabut, langit lakmus yang belum dihuni bintang-bintang,
makhluk-makhluk gaib, pepohonan dan sungai-sungai madu. Kemudian, pada hari ke
tujuh, barulah terbit cahaya...”
b.
Tahap Inciting Moment
Pada
tahap ini mulai terlihat permasalahan yang mengenai tokoh dalam cerita.
Gambaran permasalahan tokoh cerpen Pemetik Air Mata yaitu Sandra yang tidak
memepercayai cerita tentang peri – peri air mata. Hal tersebut tampak pada
cuplikan berikut:
“Sandra
tak percaya cerita itu. Meski ia sering melihat para pengasong menjajakan
kristal air mata itu. Sering mereka mengetuk – ngetuk mobinya, setengah
memaksa”.
c.
Tahap Rising Action
Peristiwa
yang terjadi dalam cerpen Pemetik Air Mata terus berkembang mengalami
penanjakkan konflik cerita. Pada tahap ini terlihat alur mundur atau flashback.
Konflik terasa saat tokoh Sandra, semasa kecil sering melihat Mamanya menangis,
ia juga selalu ikut menangis satiap kali melihat Mamanya menangis. Dan jika Mamanya melihat ia ikut menangis maka
Sandra akan dibentak.
Selain
itu masalah lain yaitu mengenai keadaan rumah dari tokoh Sandra sendiri yang
sangat tidak wajar atau selalu berantakan. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan
berikut:
“Dulu,
semasa kanak, setiap kali melihat Mamanya diam-diam menangis, Sandra selalu
berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Mamanya memang sering menangis
terisak malam-malam. Ia pun selalu menangis bila melihat Mamanya menangis. Tapi
Sandra berusaha menahan tangisnya karena Mamanya pasti akan langsung membentak
bila tahu ia menangis. ”Jangan cengeng anak setan!” Kadang teriakan itu
disertai lembaran kaleng bir yang segera bergemerontangan di lantai yang penuh
puntung dan debu rokok. Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada pakaian
dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di meja,
bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding
ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal tak
bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus-
menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah”.
d.
Tahap
Complication
Perkembangan pada tahap ini lebih
kompleks. Dalam cerpen Pemetik Air Mata. Dalam tahap ini permasalahan lebih
berkembang saat tokoh Sandra selalu dibentak oleh Mamanya jika menanyakan soal
Papanya. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan berikut:
“Suara Mama memang nyaris selalu
membentak. Pernah sekali Sastra bertanya soal Papanya, tetapi ia langsung
disemprot mulutnya yang berbau alkohol, ”Belajarlah untuk hidup tanpa seorang
Papa! Taik Kucing dengan Papa!” Meski begitu Sandra tahu kalau sesungguhnya
perempuan itu menyayanginya”.
e.
Tahap
Klimaks
Pada tahap ini rangkaian peristiwa –
peristiwa yang terjadi mencapai klimaks. Pada cerpen Pemetik Air Mata
permasalahan yang dialami tokoh Sandra makin rumit. Hal tersbut terjadi saat
sandra selalu berharap peri – peri air mata datang saat Mamanya menangis.
Selain itu tokoh Sandra juga tak pernah melupakan saat Mamanya memindahkannya
yang pura – pura tertidur ke kolong
tempat tidur saat ada laki – laki datang. Hal tersebut terbukti dalam cuplikan
berikut:
“Setiap kali mendapati Mamanya
menangis, Sandra pun berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Ia tahu
peri-peri itu bisa menghapus kesedihan dari mata Mamanya. Tapi Sandra tak
pernah melihat peri itu muncul, dan Mamanya terus terisak menahan tangis,
sembari kadang-kadang memeluk dan dengan lembut menciumi Sandra yang pura-pura
tertidur pulas. Setiap malam Sandra memang selalu pura-pura bisa tertidur
lelap, terutama bila ada laki-laki entah siapa datang ke rumahnya. Sandra tak
pernah lupa ketika suatu malam Mamanya pelan-pelan memindahkannya ke kolong
ranjang dan mengira ia sudah tertidur, padahal ia bisa mendengar suara lenguh
Mamanya dan laki-laki itu di atas ranjang. Juga suara dengus sebal Mamanya
ketika akhirnya laki-laki itu mendengkur keras sekali. Di kolong ranjang Sandra
terisak pelan, ”Mama… Mama….” Pipinya basah air mata”.
f.
Tahap
Falling Action
Setelah mencapai klimaks dengan
mengungkapkan permasalahan – permasalahan tokoh kemudian pada tahap tertentu
konflik cerita mulai menurun. Pada bagian ini, sosok Sarah sudah dewasa dan
sudah memiliki anak. Dalam tahap ini terlihat alur maju. Tokoh Sandra merasa
beruntung beruntung kerena memiliki suami yang mencukupi kebutuhan hidupnya dan
itu sangat berbeda dengan sosok Papa yang sangat diharapkannya dulu, yang tidak
pernah ia ketahui keberadaannya apali memenuhi kebutuhannya dan Mamanya.
Terlihat dalam kutipan sebagai beikut:
“Sandra merasa hidupnya jauh lebih
beruntung dari hidup Mamanya karena punya suami yang mencukupi hidupnya.
Bagaimana pun suaminya memang laki-laki penuh perhatian yang pernah dikenalnya.
Setidaknya dibanding puluhan laki-laki yang hanya iseng terhadapnya.”
g.
Tahap Denovement
Setelah
melalui proses penurunan konflik, dalam tahap ini tokoh Sandra berharap bahwa
anaknya kelak tidak akan bernasib sama seperti dia, sebagaimana yang tokoh
Sandra alami saat kecil dulu, tokoh
Sanda juga tidak ingin anaknya tahu bahwa dirinya adalah istri simpanan.
Terbukti dalam kutipan berikut:
“Sandra
ingin semua ini akan berjalan baik seterusnya. Ia berusaha serapi mungkin
menyembunyikan. Ia tak ingin Bita sedih. Ia ingin Bita menikmati masa-masa
sekolahnya dengan nyaman dan tak cemas menghadapi pelajaran mengarang. Sandra
kembali merasakan saat-saat paling sedih masa kanak-kanaknya, saat ia tahu
kalau ibunya pelacur. Sungguh, ia tak ingin Bita tahu, kalau ibunya hanya istri
simpanan.”
3. Tokoh
dan penokohan
Analisis tokoh dan penokohan dalam cerpen Pemetik
Air Mata dilakukan dengan melihat penggambaran watak tokoh dari beberapa sisi,
yaitu melalui metode deskripstif maupun dramatik.
a.
Deskripsi tokoh – tokoh dalan cerpen
Pemetik Air Mata
Cerpen
Pemetik Air Mata karya Agoos Noor menampilkan tokoh utama yaitu Sandra, dan
kemudian berkembang dengan tokoh Mama, Bita dan Suami Sandra.
Cerpen
Pemetik Air Mata menempatkan tokoh Sandra sebagai pusat bagi pengarang untuk
mengungkapakan cerita. Tokoh Sandra merupakan tokoh sentral yang mengalami
banyak peristiwa dalam keterlibatannya dalam cerpen Pemetik Air Mata.
Tokoh
Sandra berhubungan erat dengan tokoh Mama. Karena keduanya merupakan ibu dan
anak dan tinggal satu rumah.
Hal
tersebut terbukti dengan cuplikan cebagaoi berikut:
“Tapi
saat-saat paling menyenangkan bagi Sandra adalah saat perempuan itu membacakannya
cerita dari buku berbahasa Inggris dengan gambar-gambar berwarna. Kadang tanpa
sadar di tengah-tengah cerita yang dibacakannya, air mata Mamanya menetes.
”Kenapa Mama menangis?”
”Tidak, Sandra… Mama tidak
menangis.”
”Kenapa manusia bisa menangis,
Mama?”
”Karena manusia diciptakan dari
kesedihan.”
”Kenapa mesti ada kesedihan, Mama?”
”Diamlah. Jangan cerewet. Atau Mama
hentikan bacanya!”
Lalu Mama kembali membacakan cerita
tentang peri-peri pemetik air mata”.
Tokoh Sandra juga berhubungan erat dengan
tokoh Bita yang tidak lain adalah anaknya sendiri.hubungan mereka terbukti pada
penggalan teks berikut:
“Tidak, tidak—tapi Sandra tak
mengucapkannya.
”Apakah kalau Bita menangis,
peri-peri itu juga akan muncul, Mama?”
Sandra mencoba tersenyum.
“Sekarang tidurlah,” Sandra berusaha
menghentikan percakapan, kemudian dengan lembut menyelimuti dan mencium
keningnya”.
b.
Penggolongan
tokoh dalam cerpen Pemetik Air Mata
Dalam cerpen Pemetik Air Mata, tokoh
Sandra merupakan tokoh yang melakukan segala tindak tokoh utama sebagaimana
diamanatkan oleh pengarang. Karenanya tokoh Sandra memenuhi syarat disebut
sebagai tokoh protagonis. Tokoh protagonis memiliki watak yang baik. Terbukti saat
Sandra selalu ikut sedih setiap melihat Mamanya menangis yang ia tak tahu apa
sebabnya.
“Sandra selalu berharap peri-peri
pemetik air mata itu muncul. Mamanya memang sering menangis terisak
malam-malam. Ia pun selalu menangis bila melihat Mamanya menangis.”
Tokoh Mama kurang disenangi, karena pada
awal cerita ia menunjukkan watak yang kurang baik. Terbukti ia selalu membentak
anaknya yaitu Sandra jika ia menanyakan Papanya. Tokoh Mama juga sering meminum
minuman beralkohol dan merokok. Hal
tersebut terbukti dalam cuplikan berikut:
“Mamanya pasti akan langsung
membentak bila tahu ia menangis. ”Jangan cengeng anak setan!” Kadang teriakan
itu disertai lembaran kaleng bir yang segera bergemerontangan di lantai yang
penuh puntung dan debu rokok. Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada
pakaian dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di
meja, bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang
menggelinding ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal
tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus-
menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah”.
c.
Perwatakan
tokoh
Setiap tokoh yang ada dalam cerpen
Pemetik Air Mata memiliki watak yang berbeda – beda.
Deskripasi tokoh Sandra seperti
dalam kutipan berikut:
“Setiap kali mendapati Mamanya
menangis, Sandra pun berharap peri-peri pemetik air mata itu muncul. Ia tahu
peri-peri itu bisa menghapus kesedihan dari mata Mamanya. Tapi Sandra tak
pernah melihat peri itu muncul, dan Mamanya terus terisak menahan tangis,
sembari kadang-kadang memeluk dan dengan lembut menciumi Sandra yang pura-pura
tertidur pulas. Setiap malam Sandra memang selalu pura-pura bisa tertidur
lelap, terutama bila ada laki-laki entah siapa datang ke rumahnya. Sandra tak
pernah lupa ketika suatu malam Mamanya pelan-pelan memindahkannya ke kolong
ranjang dan mengira ia sudah tertidur, padahal ia bisa mendengar suara lenguh
Mamanya dan laki-laki itu di atas ranjang. Juga suara dengus sebal Mamanya
ketika akhirnya laki-laki itu mendengkur keras sekali. Di kolong ranjang Sandra
terisak pelan, ”Mama… Mama….” Pipinya basah air mata”.
Berdasarkan cuplikan teks diatas, dapat
diketahui bahwa tokoh Sandra adalah anak yang sangat menyayangi Mamanya, ia
juga termasuk sosok penyabar dan menerima apa adanya, bagaimanapun kedaan
Mamanya.
Deskripsi tokoh Mama dalam cerpen
Pemetik Air Mata seperti dalam cuplikan berikut:
“Mamanya pasti akan langsung
membentak bila tahu ia menangis. ”Jangan cengeng anak setan!” Kadang teriakan
itu disertai lembaran kaleng bir yang segera bergemerontangan di lantai yang
penuh puntung dan debu rokok. Rumahnya memang selalu berantakan. Selalu ada
pakaian dalam Mamanya yang berceceran begitu saja di lantai. Tumpahan bir di
meja, bercak-bercak sisa muntahan di pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding
ke mana-mana. Kasur yang selalu melorot seprainya. Bantal- bantal tak
bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus-
menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
Suara Mama memang nyaris selalu
membentak. Pernah sekali Sastra bertanya soal Papanya, tetapi ia langsung
disemprot mulutnya yang berbau alkohol, ”Belajarlah untuk hidup tanpa seorang
Papa! Taik Kucing dengan Papa!.”
Dari kutipan di atas dapat diketahui
bahwa tokoh Mama memiliki watak suka membentak, ia juga seorang pemabuk, suka
merokok dan tergolong orang yang jorok.
Meski begitu tokoh Mama juga
memiliki watak yang baik dan menyayangi anaknya yaitu Sandra. Terbukti dalam
kutipan berikut:
“Sering, bila hari Minggu, Mamanya
juga mengajaknya jalan-jalan. Membelikannya baju, mengajak makan kentang goreng
atau ayam goreng. Saat Sandra menikmati es krim, perempuan itu tampak selalu
menatap dengan mata penuh cinta. Tanpa sadar ia akan bergumam, ”Sandra,
Sandra….” Sambil membersihkan mulut Sandra yang belepotan.”
Hal tersebut juga terlihat saat
tokoh Mama todak mau kalau anaknya yaitu Sandra mengukuti jejekanya yang kurang
baik.
“Bahkan Sandra tahu kalau Mamanya
tak pernah menginginkan ia menjadi seperti Mamanya. Sandra selalu ingat, dulu,
di saat-saat Mamanya begitu tampak mencintainya, perempuan itu selalu
mendekapnya erat-erat sembari sesekali berbisik terisak, ”Berjanjilah pada
Mama, kamu akan menjadi wanita baik-baik, Sandra.”
”Seperti Mama?”
”Tidak. Kamu jangan seperti Mama,
Sandra. Jangan seperti Mama….”
Tokoh lain yaitu Bita. Bita
merupakan anak dari tokoh Sandra. Deskripsi tokoh Bita seperti kutipan teks
berikut:
“Kenapa penjual itu mesti bohong,
Mama? Ini memang air mata beneran, kok. Cobalah Mama dengerin, kadang-kadang ia
mengeluarkan tangisan.” Lalu Bita berceloteh riang, kalau kawan-kawan
sekolahnya juga banyak yang membeli butir-butir kristal air mata itu untuk
dikoleksi. ”Semua anak laki-laki di sekolah sekarang enggak suka lagi adu
jangkrik. Saat istirahat, mereka lebih suka mengadu kristal-kristal air mata
miliknya. Kristal air mata yang mengeluarkan tangisan paling panjang dan paling
menyedihkan yang menang.”
Bita menyimpan koleksi kristal air
matanya di kotak kecil, dan selalu menaruhnya di sisi bantal tidurnya. Kadang
Bita terbangun ketika didengarnya kristal-kristal air mata itu mengeluarkan
tangisan. ”Bita senang mendengar tangisan mereka yang merdu, Mama,” katanya.
”Apa Mama juga suka menangis kalau malam?”
Dari kutipan di atas dapat dilihat
bahwa tokoh Bita merupakan anak yang masih berusia 10 tahun, ia masih polos,
dan memiliki nasib yang hampir sama dengan ibunya yaitu Sandra yang selalu
menanyakan mengenai air mata kepada Mamanya.
4. Latar
a.
Latar
waktu
Latar
waktu berhubungan dengan masalah kapan peristiwa itu terjadi dan diceritakan.
Peristiwa
dalam cerpen Pemetik Air Mata terjadi di jaman yang sudah modern yaitu di tahun
2009 .
Latar
waktu yang disajikan Dalam cerpen Pemetik Air Mata sebagian besar menggunakan
latar waktu pada malam hari. Terbukti dalam kutipan berikut:
“Sandra
sudah terbiasa dengan pertemuan-pertemuan yang cuma sebentar seperti ini. Tapi
ketika selepas jam 2 dini hari Sandra mendengar derum mobil laki-laki itu
keluar rumahnya, ia benar-benar tak kuasa menahan air matanya. Dulu, saat ia
seusia Bita, Sandra selalu pura-pura tertidur ketika ada laki-laki keluar masuk
rumahnya.”
b.
Latar
Tempat
Latar
tempat memberikan deskripsi imajinasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen
Pemetik Air Mata.
Latar
tempat yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah
·
Rumah Sandra
“Rumahnya
memang selalu berantakan. Selalu ada pakaian dalam Mamanya yang berceceran
begitu saja di lantai. Tumpahan bir di meja, bercak-bercak sisa muntahan di
pojokan, botol-botol minuman yang menggelinding ke mana-mana. Kasur yang selalu
melorot seprainya. Bantal- bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup
dan sejumlah manusia yang terus- menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra
pulang dari sekolah”.
·
Latar lain yaitu di sekolah Bita.
”Lalu Bita berceloteh riang, kalau
kawan-kawan sekolahnya juga banyak yang membeli butir-butir kristal air mata
itu untuk dikoleksi. ”Semua anak laki-laki di sekolah sekarang enggak suka lagi
adu jangkrik.”
·
Kamar
“Setiap malam Sandra memang selalu
pura-pura bisa tertidur lelap, terutama bila ada laki-laki entah siapa datang
ke rumahnya. Sandra tak pernah lupa ketika suatu malam Mamanya pelan-pelan
memindahkannya ke kolong ranjang dan mengira ia sudah tertidur, padahal ia bisa
mendengar suara lenguh Mamanya dan laki-laki itu di atas ranjang. Juga
suara dengus sebal Mamanya ketika akhirnya laki-laki itu mendengkur keras
sekali. Di kolong ranjang Sandra terisak pelan, ”Mama… Mama….” Pipinya basah
air mata.”
·
Jalan
“Sandra tak percaya cerita itu.
Meski ia sering melihat para pengasong menjajakan kristal air mata itu. Sering
mereka mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, setengah memaksa.
”Air mata, Bu? Murah… Seribu tiga,
Bu… Seribu tiga…”
·
Sekolah
Bita
“Lalu Bita berceloteh riang, kalau
kawan-kawan sekolahnya juga banyak yang membeli butir-butir kristal air mata
itu untuk dikoleksi. ”Semua anak laki-laki di sekolah sekarang enggak suka lagi
adu jangkrik. Saat istirahat, mereka lebih suka mengadu kristal-kristal air
mata miliknya.”
c.
Latar
Suasana
Suasana
merupakan gambaran keadaan ataupun persaan yang tergambar dalam cerpen Pemetik
Air Mata.
·
Suasana
menyedihkan
Salah satunya terbukti saat Sandra
selalu miris setiap kali melihat Mamanya menangis, bahkan ia juga ikut
menangis.
“Mamanya memang sering menangis
terisak malam-malam. Ia pun selalu menangis bila melihat Mamanya menangis.”
·
Susana
menyenangkan
Dalam cerpen ini juga terdapat
suasana menyenangkan. Salah satunya terbukti jika setiap hari minggu Mamanya
sering mengajak Sandra jalan – jalan dan membersihkan bibir Sandra yang
belepotan is krim.
“Sering, bila hari Minggu, Mamanya
juga mengajaknya jalan-jalan. Membelikannya baju, mengajak makan kentang goreng
atau ayam goreng. Saat Sandra menikmati es krim, perempuan itu tampak selalu
menatap dengan mata penuh cinta. Tanpa sadar ia akan bergumam, ”Sandra,
Sandra….” Sambil membersihkan mulut Sandra yang belepotan.”
Hal lain juga terlihat saat Mamanya
menceritakan cerita buku berbahasa Inggris dengan gambar berwarna.
“Tapi saat-saat paling menyenangkan
bagi Sandra adalah saat perempuan itu membacakannya cerita dari buku berbahasa
Inggris dengan gambar-gambar berwarna.”
·
Suasana
menegangkan
Suasana menegangkan juga terdapat
dalam cerpen ini, salah satunya pada saat Sandra menanyakan soal Papanya.
“Pernah sekali Sastra bertanya soal
Papanya, tetapi ia langsung disemprot mulutnya yang berbau alkohol, ”Belajarlah
untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
5. Sudut Pandang
Sudah dijelaskan bahwa sudut pandang merupakan cara
pengarang memposisikian diri dalam cerita. Setiap pengarag memiliki kekhasan
masing – masing dalam penyajian cerita olahannya. Sudut Pandang sendiri
memiliki pengertian sebagai cara pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita.
Dengan demikian, Sudut Pandang pada hakikatnya merupakan teknik atau siasat
yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya, melalui
kaca mata tokoh—atau tokoh – tokoh —dalam
ceritanya.
Sudut panadang digunakan pengarang dalam cerpen
Pemetik Air Mata adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Karena dalam cerpen
tersebut penulis atau pengarang sebagai narator dan berada di luar cerita, tetapi
ia mengetahui semua hal mengenai pikiran, perasaan, perbuatan tokoh – tokoh ceita
dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal tersebut terbukti melalui penggalan
teks berukut :
“Ia berusaha serapi mungkin
menyembunyikan. Ia tak ingin Bita sedih. Ia ingin Bita menikmati masa-masa
sekolahnya dengan nyaman dan tak cemas menghadapi pelajaran mengarang.”
Hal
terbsebut menunjukkan maksud yang ingin disampaikan pengarang melali tokoh
Sandra yang tidak menginginkan anaknya mengetahui bagaimana sebenarnya hidupnya
apalagi memiliki nasib yang sama dengan ibunya.
6. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Pemetik Air
Mata adalah bahasa indonesia yang diasa digunakan dalam kehidupan seharu – hari
dan tentunya mudah diterima bagi pembaca.
7. Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerpen Pemetik Air Mata
adalah sabagai berikut:
a.
Pada dasarnya seorang ibu sangat
menyayangi anaknya walupun itu dengan betuk yang berbeda.
Terbukti
dengan perilaku tokoh Mama terhadap Sandra, ia memang suka membentak Sandra,
manun sebenarnya ia sangat menyayangi Sandra.
b.
Berhapalah yang lebih baik untuk masa
depan.
Terbukti
dengan harapan Sandra terhadap anaknya yaitu Bita, bahwa Sandra tidak ingin
anaknya kelak akanmemiliki nasih seperti Mamanya.
“Sandra
ingin semua ini akan berjalan baik seterusnya. Ia berusaha serapi mungkin
menyembunyikan. Ia tak ingin Bita sedih. Ia ingin Bita menikmati masa-masa
sekolahnya dengan nyaman dan tak cemas menghadapi pelajaran mengarang. Sandra
kembali merasakan saat-saat paling sedih masa kanak-kanaknya, saat ia tahu
kalau ibunya pelacur.”
c.
Tetaplah mencintai dan menyayangi ibu
walau bagaimanapun pekerjaan atau keadaannya. Ini sama seperti apa yang dialami
oleh Sandra. Ia sangat menyayangi Mamanya walaupun Mamanya seperti itu.
PENUTUP
Cerpen Pemetik Air Mata merupakan cerpen
yang mengengkat kisah tentang kesedihan dan air mata. Di dalamnya
mengungkapakan kehidupan seorang anak yaitu tokoh Sandra yang merupakan anak
seorang pelacur. Ia berharap tidaka akan memiliki nasib sama seperti Mamanya
namun ternyata yang nasib hidupnya tidak
jauh berbeda dengan Mamanya, hanya saja ia lebih sedikit beruntung karena semua
kebutuhannya terpenuhi. Namun tokoh Sandra sendiri berharap agar anaknya kelak
tidak akan bernasib sama dengan apa yang dialaminya saat kecil.
Cerpen Pemetik Air Mata menampilkan
tokoh utama Sandra , yang kemudian berkembang dengan tokoh Mama dan Bita.
Tokoh Sandra dideskripsikan sebagai anak yang sangat menyayangi Mamanya,
ia juga termasuk sosok penyabar dan menerima apa adanya, bagaimanapun kedaan
Mamanya. Pada awalnya Tokoh Mama dideskripsikan sebagai memiliki watak suka
membentak, ia juga seorang pemabuk, suka merokok dan tergolong orang yang
jorok. Namun pada akhirnya tokoh Mama juga memiliki watak yang baik dan
menyayangi anaknya yaitu Sandra. Dalam cerpen ini, tokoh Bita dideskripsikan
sebagai anak yang masih berusia 10 tahun, ia masih polos, dan memiliki nasib
yang hampir sama dengan ibunya yaitu Sandra yang selalu menanyakan mengenai air
mata kepada Mamanya.
Peristiwa
dalam cerpen Pemetik Air Mata karya Agoos Noor terjadi pada jaman modern yaitu
di tahun 2009. Latar yang digunakan dalam cerpen antara lain di rumah Sandra,
kamar, jalan, dan sekolah Bita.
Sudut
pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen Pemetik Air Mataadalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu.
Gaya
bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah bahasa Indonesia
yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ginanjar,
Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi.
Surakarta.
Noor,
Agoos. 2009. Cerpen Pemetik Air Mata.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Sandra adalah
seorang anak yang memiliki ibu dengan profesi sebagai pelacur. Dia sendiri
tidak pernah mengetahui seperti apa
Papanya. Setiap ia bertanya mengenai sosok Papanya, Mamanya selalu menjawab
dengan nada memebentak. Ia memang sering mendapat betakan dari Mamanya, namun
ia tahu bahwa Mamanya sangat menyayanginya. Sandra pernah mendengar cerita
tentang peri – peri pemetik air mata yang selalu datang saat ada manusia sedang
bersedih, peri – peri itu akan memetik air mata seseorang yang sedang menangis
yang kemudian air mata itu berubah menjadi kristal – kristal dengan
mengeluarkan suara tangisan. Peri – peri itu tinggal di ceruk gua-gua purba. Di sanalah
butir-butir air mata yang dipetik itu dibawa. Butiran air mata dijadikan sebagi
sarang, serupa istana kecil yang saling terhubung jembatan gantung yang juga
terbuat dari untaian air mata. Di langit-langit gua itu, butir-butir air mata
itu teruntai seperti jutaan lampu kristal yang berkilauan. Dan saat itu ada
seorang pecuri sarang walet yang menemukan tempat mereka, lalu dia mencuri
kristal – kristal air mata, yang kemudian dijual di pinggiran jalan dengan
harga yang murah. Tentu saja Sandra tak percaya dengan
cerita itu. Sandra memang sering memergoki Mamanya menangis di malam hari dan ia
selalu barharap peri – peri pemetik air mata datang dan memetik air mata
Mamanya agar berubah menjadi kristal seperti cerita yang didengarnya. Semenjak
kecil Sandra selelu hidup dengan keadaan Mamanya yang selalu mabuk – mabukan,
suka merokok, dengan keadaan rumah yang berantakan, ia juga pernah memergoki
Mamanya sedang bercengkrama dengan lelaki hidung belang di kamar. Betapa sedih
hati Sandra saat itu. Ia berharap bahwa hidupnya tidak akan seperti Mamanya,
namun pada akhirnya jusrtu ia sama dengan Mamanya, hanya saja Sandra lebih
beruntung dibandingkan Mamanya. Sama seperti apa yang dialaminya dulu, kini Sandra
berharap anankya yaitu Bita jua tidak pernah merasakan kasih seorang Papa. Pada
akhirnya Sandra hanya berharap baik pada anaknya yaitu Bita agar hidupnya tidak
akan seperti apa yang dialaminya saat kecil dulu ataupun sekarang yang hanya
dijadikan sebagai wanita simpanan.
cerpen ini di halaman berapa dalam bukunya?
BalasHapuscerpen ini di halaman berapa dalam bukunya?
BalasHapus